Opini: Hari Kebangkitan Nasional, Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat Melalui Pendidikan Pondok Pesantren

Opini: Hari Kebangkitan Nasional, Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat Melalui Pendidikan Pondok Pesantren

Share :

Hari Kebangkitan Nasional, Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat Melalui Pendidikan Pondok Pesantren
Kiai. Khabibul Muttaqin, SHI
Pengasuh PP Nashihuddin Bandar Lampung

Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merupakan momentum historis yang terus relevan hingga kini. Tahun 2025, peringatan ini diangkat dengan semangat “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat Melalui Pendidikan Pondok Pesantren”, sebuah tema yang tidak hanya menggugah, tetapi juga mengangkat peran strategis pesantren sebagai kekuatan moral, intelektual, dan sosial dalam membangun bangsa.

Pondok pesantren bukan hanya institusi pendidikan Islam, tetapi juga pusat pembinaan karakter, nilai, dan semangat perjuangan. Sejarah mencatat bahwa pesantren memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ulama-ulama pesantren turut mengobarkan semangat kebangsaan, bahkan menjadi pelopor dalam melawan penjajahan. Kini, di era modern, pesantren kembali diharapkan menjadi benteng kebangkitan nasional, dengan peran yang lebih luas dan strategis.

Pendidikan pesantren memiliki keunikan tersendiri. Ia menyatukan ilmu agama dan akhlak dengan praktik kehidupan nyata, membentuk santri menjadi pribadi yang berilmu sekaligus berakhlak. Di tengah krisis moral, radikalisme, dan degradasi nilai yang melanda generasi muda, pesantren tampil sebagai penjaga nilai-nilai luhur yang tetap relevan untuk menjawab tantangan zaman.

Kebangkitan nasional hari ini tidak cukup hanya dibangun dengan kekuatan ekonomi dan teknologi, tetapi harus ditopang oleh kekuatan moral dan spiritual. Di sinilah letak kekuatan pesantren. Ia membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam prinsip, teguh dalam nilai, dan tulus dalam pengabdian. Karakter semacam inilah yang dibutuhkan untuk mewujudkan Indonesia yang kuat.

Lebih dari itu, pesantren juga telah mengalami transformasi luar biasa. Banyak pesantren saat ini yang membuka diri terhadap pendidikan umum, ilmu pengetahuan modern, bahkan teknologi digital. Ini menandakan bahwa pesantren bukan lembaga konservatif yang tertinggal zaman, tetapi lembaga dinamis yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.

Pendidikan di pesantren melahirkan para pemikir, aktivis sosial, pemimpin umat, hingga tokoh bangsa. Mereka tersebar di berbagai bidang: politik, ekonomi, pendidikan, hingga budaya. Pesantren telah menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya kader-kader bangsa. Maka, menjadikan pesantren sebagai fondasi kebangkitan nasional adalah langkah strategis yang sangat tepat.

Pemerintah perlu memberikan perhatian serius terhadap pemberdayaan pesantren. Undang-Undang Pesantren yang telah disahkan menjadi dasar hukum yang kuat, namun implementasi nyatanya masih perlu diperkuat. Pesantren harus mendapatkan akses yang sama terhadap teknologi, pelatihan guru, beasiswa, dan infrastruktur pendidikan lainnya agar mereka tidak tertinggal.

Kebangkitan nasional melalui pesantren juga harus menyasar penguatan ekonomi umat. Banyak pesantren yang mulai mengembangkan kemandirian ekonomi melalui koperasi, pertanian, UMKM, dan kewirausahaan santri. Inisiatif ini bukan hanya mendidik santri untuk mandiri secara finansial, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal berbasis nilai-nilai keislaman.

Di era digital, pesantren memiliki tantangan sekaligus peluang besar. Santri harus dibekali dengan literasi digital, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan abad 21 tanpa kehilangan akar spiritualitasnya. Inilah tantangan besar pesantren: menjadi penjaga tradisi sekaligus penggerak modernitas yang berakhlak.

Kebangkitan nasional juga memerlukan narasi kebangsaan yang utuh, dan pesantren berada di posisi strategis untuk memperkuat narasi ini. Pesantren bisa menjadi ruang dialog antar umat beragama, tempat penyemaian toleransi, dan pembumian nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, pesantren tidak hanya relevan untuk umat Islam, tetapi juga untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Santri hari ini adalah pemimpin masa depan. Mereka harus diberikan ruang untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan publik, baik melalui jalur politik, organisasi, maupun masyarakat sipil. Negara yang kuat adalah negara yang memfasilitasi partisipasi semua elemen, termasuk para alumni pesantren.

Kebangkitan nasional tidak boleh bersifat seremonial belaka. Ia harus menjelma menjadi gerakan kebudayaan, pendidikan, dan sosial. Dan pesantren adalah wadah yang tepat untuk menjadikannya nyata, karena ia mengakar di masyarakat, berkarakter, dan konsisten dalam perjuangan. Pesantren telah membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ruang sederhana dengan semangat ikhlas.

Kita juga harus bangga bahwa pesantren adalah warisan asli Nusantara. Pesantren tidak diimpor dari luar, melainkan tumbuh dari tanah dan budaya Indonesia sendiri. Inilah keistimewaannya: pendidikan berbasis lokal yang telah berhasil menanamkan nilai-nilai global. Maka, menguatkan pesantren berarti juga merawat identitas nasional.

Di tengah peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini, mari kita buka mata hati kita bahwa kekuatan Indonesia bukan semata pada jumlah penduduk atau kekayaan alamnya, tetapi pada kekuatan jiwanya dan jiwa itu tumbuh di ruang-ruang pesantren, dalam doa-doa santri, dalam ketulusan para kiai, dan dalam perjuangan para guru ngaji di pelosok negeri.

Mari kita jadikan Hari Kebangkitan Nasional 2025 ini sebagai momentum untuk mengembalikan pesantren ke posisi strategisnya sebagai pilar peradaban. Dengan bangkit bersama melalui pendidikan pondok pesantren, kita bisa mewujudkan Indonesia yang tidak hanya kuat secara fisik dan ekonomi, tetapi juga kuat dalam akhlak, nilai, dan karakter. Dari pesantren, kebangkitan itu dimulai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *