Opini: Menjadi Pendidik “Great” di Era Teknologi Kecerdasan Buatan: Adaptasi, Inspirasi, dan Eksistensi yang Tak Tergantikan

Opini: Menjadi Pendidik “Great” di Era Teknologi Kecerdasan Buatan: Adaptasi, Inspirasi, dan Eksistensi yang Tak Tergantikan

Share :

Menjadi Pendidik “Great” di Era Teknologi Kecerdasan Buatan: Adaptasi, Inspirasi, dan Eksistensi yang Tak Tergantikan

Dr. KH. Andi Warisno, MM.Pd.
(Rektor Universitas Wira Buana, Metro – Lampung)

Kemunculan teknologi kecerdasan buatan telah mengguncang dunia pendidikan. Banyak yang mulai mempertanyakan: Apakah pendidik masih dibutuhkan? Jawabannya: Ya, Bahkan lebih dibutuhkan daripada sebelumnya. Namun, eksistensi pendidik hanya akan tetap unggul apabila mereka (para pendidik) mampu beradaptasi. Untuk itu, kita perlu menaikkan level pendidik dari “medium” (sekadar menyampaikan), menjadi “great” (menginspirasi), agar tak tergantikan oleh teknologi secanggih apapun.

Empat Level Pendidik dalam Perspektif Adaptasi Teknologi:
1. Level “Medium”.
Pendidik di level ini hanya menyampaikan informasi. Tugas ini sekarang sudah dapat dilakukan oleh teknologi kecerdasan buatan dengan efisien. Maka, pendidik yang hanya “menyampaikan” informasi akan mudah tergantikan.
2. Level “Good”.
Pendidik mulai memberi penjelasan yang memudahkan pemahaman. Ini sedikit lebih unggul dari teknologi kecerdasan buatan, tetapi tetap berada di zona abu-abu karena teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT juga mampu menjelaskan secara logis dan sistematis.
3. Level “Excellent”.
Di level ini, pendidik mulai menantang peserta didik untuk berpikir, mengeksplorasi, dan meneliti. Pendidik menjadi fasilitator pembelajaran kritis, tidak hanya sebagai penyampai.
4. Level “Great”.
Ini adalah level tertinggi dimana pendidik menjadi sumber inspirasi, penanam nilai, pembentuk karakter, mendidik perilaku sopan santun, adab (akhlak al-karimah), dan penggerak mimpi. Di sinilah teknologi kecerdasan buatan tidak akan mampu menggantikan manusia. Teknologi kecerdasan buatan bisa memproses data, tapi tidak bisa menghidupkan jiwa.

Strategi Adaptasi Pendidik agar Tetap Unggul :
1. Menggabungkan Teknologi dengan Sentuhan Kemanusiaan.
Gunakan teknologi kecerdasan buatan sebagai alat bantu (bukan saingan), misalnya untuk menyusun bahan ajar, memberikan umpan balik cepat, atau menciptakan simulasi. Tapi pengalaman belajar manusiawi tetap harus dibimbing oleh pendidik sejati.
2. Meningkatkan Literasi Digital dan Pedagogi Inovatif.
Literasi digital menjadi prasyarat wajib. Seorang pendidik level “great” harus mampu menciptakan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pembelajaran kolaboratif (collaborative learning), dan pembelajaran reflektif (reflective learning), dengan dukungan teknologi.
3. Menanamkan Nilai, Etika, dan Spiritualitas.
Teknologi tidak memiliki hati nurani. Di sinilah peran vital pendidik sebagai penjaga nilai moral dan spiritual. Dalam Islam, pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu tetapi juga membentuk akhlak. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Innama bu’itstu li utammima makarimal akhlaq”
Artiinya : Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Ahmad).
4. Menjadi Role Model dan Sumber Inspirasi
Pendidik bukan hanya pengajar, tetapi panutan. Sikap, cara berpikir, dan kebijaksanaan mereka menjadi sumber pembelajaran tak langsung yang mendalam. Teknologi kecerdasan buatan tidak bisa memberi keteladanan, hanya manusia yang bisa.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
يرفع اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya:
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah:11)
Ayat iIni menjadi landasan bahwa pengembangan diri pendidik ke arah yang lebih tinggi (great) adalah bagian dari misi mulia keilmuan.

Rasulallah Muhammad SAW juga bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya :
Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Hadits ini menekankan pentingnya belajar dan mengajarkan Al-Qur’an sebagai bagian dari kebaikan umat Islam. Mengajar bukan hanya soal ilmu, tetapi menumbuhkan makna dan teladan.

Teknologi kecerdasan buatan bisa menjelaskan, menjawab, dan memproses informasi secara cepat dan akurat. Tapi teknologi kecerdasan buatan tidak bisa menginspirasi, membentuk karakter, memberi makna hidup, atau menjadi teladan yang hidup. Oleh karena itu, pendidik harus naik level dari sekadar menyampaikan (tell), menjadi pemimpin pembelajaran yang menginspirasi dan membangkitkan jiwa belajar. Itulah pendidik “great” yang tak tergantikan oleh teknologi kecerdasan buatan. Pendidik yang mampu membangun relasi emosional dan inspiratif dengan anak didiknya memiliki dampak belajar lebih tinggi dibanding metode atau teknologi apapun. Wallahu a’lam bish-shawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *