Bandar Lampung, MUI Lampung Digital
Takmir Masjid Nurul Islam di Way Halim Permai, Bandar Lampung menggelar kegiatan Kajian Rutin Sabtu Subuh, yang pada 26 Oktober 2024 ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. KH. Yusuf Baihaqi, Lc., M.A., seorang guru besar dalam bidang Ilmu Tafsir di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Pada kajian kali ini, Prof. Yusuf Baihaqi membawakan tema tafsir Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 139-148, yang membahas tentang kisah Nabi Yunus. Kajian Sabtu Subuh ini mendapat antusiasme yang tinggi dari jamaah. Terlihat hampir sekitar seratusan jamaah hadir mengikuti kajian tersebut dengan khidmat.
Dalam penyampaian materinya Prof. Dr. KH. Yusuf Baihaqi, Lc., MA menjelaskan “Kisah Nabi Yunus yang Ditelan Ikan merupakan pelajaran tentang kesabaran dan keikhlasan, dimana kisah peristiwa ajaibnya ketika beliau ditelan oleh se-ekor ikan besar, kisah ini mengajarkan tentang kekuatan doa, pentingnya kesabaran, serta pelajaran tentang ikhlas dalam menerima ketentuan Allah. Dalam surat As-Saffat ayat 139-148, Al-Qur’an mengisahkan Nabi Yunus sebagai sosok yang diutus kepada kaum yang keras kepala dan menolak hidayah. Kisah ini menyimpan pelajaran yang sangat relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Nabi Yunus diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaum Ninawa, sebuah wilayah yang penduduknya cenderung ingkar terhadap perintah Allah. Mereka sering menyekutukan Allah dan menolak ajaran kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Yunus. Meskipun beliau telah berupaya keras menyampaikan risalah, masyarakat Ninawa tetap tidak menerima pesan tersebut. Merasa putus asa, Nabi Yunus akhirnya meninggalkan kaum tersebut sebelum Allah memberikan perintah untuk meninggalkan mereka. Tindakan ini yang kemudian mendatangkan teguran dari Allah.
Ujian di Dalam Perut Ikan :
Dalam perjalanan meninggalkan kaumnya, Nabi Yunus menaiki sebuah kapal. Saat di laut, kapal tersebut dilanda badai besar. Para penumpang merasa bahwa kapal tidak akan selamat kecuali mereka meringankan beban kapal. Setelah undian dilakukan beberapa kali, undian itu jatuh kepada Nabi Yunus, dan beliau harus dilemparkan ke laut. Saat terjatuh ke laut, seekor ikan besar yang telah diperintahkan oleh Allah menelan beliau hidup-hidup. Di dalam perut ikan itulah Nabi Yunus menjalani salah satu ujian terberat dalam hidupnya.
Dalam kesendirian dan kegelapan perut ikan, Nabi Yunus menyadari kesalahannya dan dengan tulus memohon ampun kepada Allah. Doanya yang terkenal adalah, “La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadz-zalimin,” yang artinya, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” Doa ini menunjukkan penyerahan total Nabi Yunus kepada Allah dan pengakuan atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
Pembebasan dan Pengampunan :
Allah SWT mendengar doa Nabi Yunus yang penuh kesungguhan. Karena keikhlasan dalam doanya, Allah kemudian memberikan pengampunan dan menyelamatkannya. Nabi Yunus dimuntahkan ke daratan oleh ikan tersebut dalam keadaan selamat. Kejadian ini menunjukkan bahwa Allah selalu mendengar doa hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam bertaubat, bahkan dalam keadaan yang tampaknya mustahil.
Setelah melalui ujian ini, Nabi Yunus kembali kepada kaumnya dengan penuh kerendahan hati dan keimanan yang lebih kuat. Hal yang menakjubkan adalah bahwa kaum Ninawa akhirnya menerima ajaran yang dibawanya, dan mereka pun bertaubat kepada Allah. Ini merupakan balasan bagi keikhlasan dan ketulusan Nabi Yunus dalam melaksanakan tugas kenabian yang diembankan kepadanya.
Kisah Nabi Yunus mengajarkan banyak hal, terutama tentang keikhlasan dalam menerima takdir dan kesabaran dalam menghadapi ujian. Kesalahan yang dilakukan Nabi Yunus adalah meninggalkan kaumnya tanpa izin Allah. Hal ini mengajarkan bahwa kita harus tetap sabar, bahkan ketika berada dalam kondisi yang sangat sulit. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang membuat kita merasa putus asa atau ingin menyerah. Namun, kisah ini mengajarkan bahwa solusi terbaik adalah tetap bertahan, bersabar, dan tidak terburu-buru mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan kehendak Allah.
Lebih lanjut Prof. KH. Yusuf Baihaqi yang juga Wakil Dekan 1 Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung tersebut menjelaskan bahwa kisah ini mengingatkan kita tentang pentingnya bertaubat dan berdoa. Nabi Yunus mengajarkan bahwa dalam situasi seberat apapun, kita harus selalu berserah diri kepada Allah, mengakui kesalahan, dan memohon ampun dengan tulus. Doa yang beliau ucapkan di dalam perut ikan menjadi salah satu doa yang dianjurkan dalam Islam, terutama ketika berada dalam situasi sulit.
Dalam akhir penyampaian closing statement-nya, Prof. Yusuf Baihaqi mengatakan “Kisah Nabi Yunus yang ditelan ikan bukan sekadar cerita luar biasa, melainkan sebuah pengingat bahwa Allah memiliki rencana terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Keikhlasan dan kesabaran yang ditunjukkan Nabi Yunus dapat menjadi teladan bagi umat manusia dalam menjalani ujian hidup, Kisah ini memberikan motivasi agar selalu bersandar kepada Allah dalam setiap keadaan dan menyadari bahwa setiap ujian memiliki hikmah tersendiri. Allah SWT selalu bersama orang-orang yang bersabar dan senantiasa mendengar doa dari hati yang penuh keikhlasan”, pungkasnya. (Suryani/Rita Zaharah)