Keistimewaan Ramadhan Bagi Umat Islam
Dr. Agus Hermanto, MHI
Komisi Dakwah MUI Lampung
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, penuh ampunan, malam Lailatul Qadar ada di dalamnya, di bulan ini juga saat diturunkannya Al-Qur’an. Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Sebagaimana hadist Rasulullah Saw bersabda,”Barangsiapa berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Selama bulan Ramadhan, umat Islam akan melaksanakan puasa dengan menahan rasa haus, lapar dan hawa nafsu dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Dan jika kita berpuasa, maka puasakanlah juga pendengaran, penglihatan, lisan dan seluruh anggota badan. Puasa Ramadhan dilaksanakan selama sebulan penuh, kewajiban tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya,”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Seperti yang diketahui puasa Ramadhan menjadi salah satu ibadah utama yang dijalankan oleh umat muslim, juga segala amal ibadah di bulan Ramadhan termasuk membaca Al-Qur’an, bersedekah, shalat sunah tarawih, shalat Tahajjud, dan amal ibadah lainnya yang mendatangkan pahala berlipat dibanding bulan-bulan lainnya. Berbagai macam keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan menjadikannya berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa umat Islam mendapatkan lima keistimewaan dengan datangnya bulan Ramadhan sebagaimana beliau tegaskan berikut ini: “Di bulan Ramadhan umatku diberi lima keistimewaan yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.”
Kelima keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:
- Bau mulut orang yang berpuasa di hadapan Allah lebih baik dari pada minyak misik
Secara jujur kita mengakui bahwa bau mulut orang berpuasa tidak sedap. Hal ini terjadi karena produksi air liur dalam mulut dan dalam saluran pencernaan berkurang, sehingga menjadi lebih kering. Akibatnya timbul halitosis atau bau mulut yang khas yang tak jauh berbeda dengan ketika kita bangun tidur. Salah satu kiat kita adalah memperbanyak mengkonsumsi air putih selama berbuka hingga sahur. Kiat lain adalah menggosok gigi sehabis sahur atau paling akhir sebelum masuk waktu dzuhur. Setelah dzuhur, menggosok gigi ataupun bersiwak tidak dianjurkan karena hukumnya makruh. Oleh karena itu setelah dzuhur bau mulut yang tak sedap itu tidak perlu dirisaukan karena bagi Allah SWT bau seperti itu lebih baik dari pada bau minyak misik.
Selain itu, perlu kita sadari bahwa bau mulut yang tak sedap itu sesungguhnya memiliki hikmah atau manfaat tertentu. Misalnya, bau itu menjadi salah satu pembeda antara orang yang berpuasa dengan orang yang tidak berpuasa. Dengan bau seperti itu orang yang berpuasa akan cenderung lebih banyak diam dari pada bicara yang tidak perlu. Apalagi berkata jorok atau misuh-misuh, jelas hal seperti itu sangat tidak pantas keluar dari mulut orang yang berpuasa karena hanya akan mengurangi kualitas ibadah puasanya. Maka dengan bau tak sedap itu orang-orang yang berpuasa diharapkan dapat menyadari keadaannya sehingga bisa menjaga mulutnya dengan baik dari kata-kata kotor, misalnya dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, membaca dzikir, istighfar, shalawat dan sebagainya. Dengan memperbanyak ibadah lisan seperti itu sudah pasti bau tak sedap itu akan mendapat perimbangan dan kemudian diganti oleh Allah dengan bau-bau wangi yang bahkan lebih wangi dari pada minyak misik atau yang dikenal juga dengan minyak kasturi yang berasal dari rusa jantan.
- Orang-orang yang berpuasa semuanya dimintakan ampunan oleh para malaikat hingga mereka berbuka
Keistimewaan kedua ini, menjadi keutamaan besar bagi orang-orang yang berpuasa. Kita semua tahu bahwa malaikat adalah makhluk yang tak kenal maksiat kepada Allah SWT sehingga doa-doanya mudah dikabulkan. Para malaikar itu dari saat imsak hingga berbuka senantiasa memintakan ampunan kepada Allah SWT agar orang-orang yang berpuasa diampuni dosa-dosanya. Oleh karena itu, di bulan puasa ini kita mendapat anugerah yang luar biasa dimana para malaikat mendoakan orang-orang yang berpuasa secara terus menerus dari saat imsak hingga saat berbuka yang durasinya mencapai kira-kira 14 jam. Kita sendiri tak mampu melakukan istighfar secara terus menerus hingga selama itu.
- Di bulan Ramadhan para setan dibelenggu yang semuanya tidak bisa lepas seperti di bulan lainnya
Kita semua tentu merasakan di bulan puasa, kita menjadi seperti malas untuk berbuat apa saja kecuali ibadah. Semangat kita untuk beribadah meningkat dibandingkan dengan di luar Ramadhan. Hal ini terjadi karena setan-setan dibelenggu hingga selesainya Ramadhan. Ini semua merupakan kemurahan Allah SWT dalam rangka memberi kesempatan kepada kita untuk menambah pundi-pundi amal ibadah kita. Di luar Ramadhan mungkin kita lebih banyak berpikir dan melakukan hal-hal yang bersifat duniawi saja.
Dengan dibelenggunya setan-setan di bulan Ramadhan, maka secara teori setidaknya kemaksiatan bisa ditekan serendah-rendahnya. Kemaksiatan-kemaksiatan yang ada tentu sulit dikaitkan dengan keterlibatan setan. Mereka alibi dalam hal ini. Jika demikian halnya, maka kemaksiatan-kemaksiatan itu timbul karena kesalahan kita yang tidak mampu mengendalikan nafsu yang ada dalam diri kita sendiri.
- Setiap hari di bulan Ramadhan Allah memperindah surga untuk orang-orang yang berpuasa
Keistimewaan keempat ini dimana Allah menghiasi surga dengan indahnya untuk menyambut para hamba-Nya yang berpuasa memiliki nilai spiritualitas yang sangat tinggi. Kepada surga Allah berfirman,”para hamba-Ku yang berpuasa hampir menemukan hasil dari jerih payahnya hingga sampai kepadamu.” Kalimat ini mengandung arti bahwa tak ada balasan bagi orang-orang yang berpuasa kecuali surga karena ibadah puasa memang untuk Allah, sehingga Allah sendiri yang akan membalasnya.
- Di akhir malam bulan Ramadhan Allah memberikan ampunan
Dalam keistimewaan kelima ini, Allah mengampuni orang-orang berpuasa pada setiap akhir malam, dan itu bukan merupakan lailatul qadar. Lailatul Qadar adalah satu hal dan ampunan Allah pada setiap akhir malam dibulan Ramadhan merupakan hal lainnya. Artinya orang-orang berpuasa berhak mendapatkan ampunan sebagai imbalan ibadahnya kepada Allah SWT. Sedangkan Lailatul Qadar diberikan kepada orang-orang tertentu sesuai dengan pilihan Allah sendiri. Maka beruntunglah mereka yang selain mendapatkan ampunan dari Allah tetapi juga mendapatkan kebaikan lailatul qadar yang nilainya lebih tinggi dari pada kebaikan seribu bulan.
Kelima hal diatas sebagaimana telah diuraikan merupakan keistimewaan bulan Ramadhan yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad Saw. Kita bersyukur bahwa kita semua menjadi umat beliau. Untuk itu semoga kita semua dapat menjalankan ibdah puasa tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan sebaik-baiknya sehingga kelima keistimewaan diatas dapat kita raih seluruhnya. Aamiin yaa rabbal alamiin