Opini: Hakekat Tahun Baru Hijriah

Share :

Hakekat Tahun Baru Hijriah
Dr. H. A. Khumaidi Ja’far, S.Ag., M.H
Wakil Dekan 1 Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan
Pengurus MUI Lampung

Tidak terasa tahun 1441 H akan meninggalkan kita, dan sebentar lagi tahun baru Islam 1442 H akan hadir di tengah-tengah kita. Apa yang sudah kita lakukan, apa yang dapat kita berikan, serta apa yang akan kita lakukan dan berikan? Untuk menjawab hal itu, tentuntanya kita harus senantiasa berinterospeksi  diri  (bermuhasabah), yaitu menghitung-hitung akan kebaikan dan dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini. Apakah kebaikan-kebaikan yang sudah banyak kita lakukan ? ataukah kesalahan/dosa-dosa yang justru telah banyak kita lakukan selama ini. Mengenai hal ini, Umar bin Khattab sebagai pencetus tahun Hijriah sebagai tahun baru Islam telah menjelaskan bahwa untuk mengenang masa lalu dan menyambut tahun baru, ada dua hal yang harus diperhatikan; Pertama, lupakan semua kebaikan yang pernah kita lakukan, sebab dengan melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan akan membuat kita menjadi manusia yang tidak sombong dan selalu rendah hati. Kedua, Ingat selalu akan dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan, sebab dengan mengingat dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan pada masa yang lalu, tentunya akan menjadi motivasi bagi kita untuk selalu memperbaiki diri ke depan. Oleh karena itu berdasarkan dua hal  sebagaimana dipesankan Umar bin Khattab tersebut kiranya menjadi motivasi positif bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri demi masa depan yang lebih baik.

Selanjutnya mengenai hal itu, Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadis bahwa tanda-tanda kecelakaan itu ada empat perkara: Pertama, melupakan dosa-dosa yang  pernah dilakukan pada masa  yang lalu, padahal dosa-dosa itu masih tetap tersimpan di sisi Allah Swt. Kedua, mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukan pada masa yang lalu, padahal belum tentu kebaikan yang dilakukan itu dapat diterima oleh Allah Swt, boleh jadi akan ditolak oleh Allah Swt. Ketiga, memandang seseorang yang lebih tinggi dalam urusan dunia, padahal dunia hanyalah permainan belaka yang sifatnya sementara. Keempat, memandang seseorang yang lebih rendah dalam urusan agama, padahal agama merupakan bekal akhirat yang paling utama.

Dengan demikian jelas bahwa hakekat tahun baru hijriah adalah bagaimana kita mampu melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Untuk itu pada masa yang akan datang (1442 H), setiap orang harus mengalami perubahan yang lebih baik, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Ingat…. Amal (perbuatan) seseorang itu dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: Pertama, amal seseorang yang apabila tahun ini lebih jelek dari tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang celaka, Kedua, amal seseorang yang apabila tahun ini sama dengan tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang merugi, Ketiga, amal seseorang yang apabila tahun depan lebih baik dari tahun ini dan tahun yang lalu, maka ia digolongkan sebagai orang yang beruntung. Wallahu a’lam bishawaaf.                              

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *