Opini: Kemuliaan Bekerja

Share :

Kemuliaan Bekerja
Nirwan Hamid, M.Pd.I
Pengurus MUI Kota Bandar Lampung
Pengurus GANAS ANNAR Kota Bandar Lampung

Ketika seseorang sudah mulai masuk sekolah dan menyelesaikan beberapa jenjang pendidikan mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Strata Satu dan seterusnya tujuannya adalah menimba ilmu sebanyak-banyaknya dengan harapan bawha agar bisa menjadi bekal hidup kelak ketika sudah dewasa dan mencari kehidupan yang lebih baik dengan mendapatkan pekerjaan yang baik pula. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ (رواه البخاري)

Artinya: dari Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “salahsatu dari kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada seseorang baik diberi ataupun ditolak”. (HR. Bukhori) .

Bekerja merupakan suatu keniscayaan dalam hidup. dalam suasana zaman yang semakin sulit, kaum beriman dituntut melakukan sesuatu yang survive membangun peradaban seperti sedia kala. Syaratnya tentu bukan hanya bekerja keras tapi juga bekerja cerdas.

Maka salah satu cara yang paling adalah mengkaji kembali pandangan islam tentang etos kerja. Meskipun seluruh mahluk dibumi ini sudah mendapat jaminan rizki dari Allah Swt namun sifat malas tidak mendapat tempat di hati ummat islam. Karena menggugah pintu-pintu langit itu harus berusaha dengan keras tidak dengan menghayal dan berpangku tangan saja.

فَابْتغُوْا عِنْدَاللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْالَهُ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ.

Artinya: “…maka carilah rizki disisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan”.(Qs. Al-ankabut: 17)

Ada beberapa prinsip etos kerja yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada ummatnya.

Pertama, bekerja untuk menjaga diri sendiri agar tidak menjadi beban bagi orang lain. Ummat islam dilarang menjadi benalu bagi orang lain. Artinya setiap pekerjaan yang halal adalah mulia dihadapan Allah Swt walaupun pekerjaan itu rendah dihadapan manusia. Kedua, bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mencukupi kebutuhan keluarga hukumnya fardu ‘ain. Bekerja dan berusaha diniatkan beribadah untuk mencari karunia Allah Swt berusaha untuk diri sendiri, anak, istri juga untuk kepentingan ibadah yang lain. Rasulullah bersabda:

مَااَنْفَقَ الرُّجُلُ فِى بَيْتِهِ وَاَهْلِهِ وَوَلِدِهِ وَخَدَمِهِ فَهُوَ لَهُ صَدَقَة.ٌ (الطَّبرَانِي)

Artinya: “Segala sesuatu yang diinfakkan/diberikan oleh seorang laki-laki dalam rumah tangganya untuk istrinya, anaknya dan pelayanannya, maka hal itu menjadi sedekah baginya”. (HR. Thabrani).

Tegasnya, seseorang yang memeras keringat dan membanting tulang demi keluarga akan dicintai Allah Swt dan Rasul-Nya. Ketika berjabat tangan dengan Muadz bin Jabal, Rasulullah bertanya soal tangan Muadz yang kasar. Setelah dijawab bahwa itu akibat setiap hari dipakai bekerja untuk keluarga, Rasulullah memuji tangan Muadz seraya bersabda, “Tangan seperti inilah yang dicintai Allah Swt dan rasul-Nya. Ketiga, bekerja dan berusaha dengan benar dan jujur. Sebab jujur adalah modal utama untuk mencapai keselamatan dan kesuksesan. Dengan sikap jujur kita akan memperoleh hasil kerja yang halal sekaligus masa depan yang gemilang. Dan kejujuran itu merupakan jalan menuju syurga. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda. Artinya: “sungguh kejujuran itu menunjukkan pada kebaikan, kebaikan itu menunjukkan ke syurga. Sesungguhnya orang yang benar dan jujur, ditetapkan disisi Allah Swt sebagai ahli kebenaran (shiddiq). Sesungguhnya yang dusta itu mendorong kepada kekejian dan sesungguhnya kekejian itu menghalau ke neraka. Sungguh orang yang melakukan kedustaan itu di catat di sisi Allah sebagai ahli dusta.” (HR. Muttafaq ‘alaihi).

Agama Islam merupakan agama yang universal, agama yang mengatur segala aspek kehidupan dimana ajarannya menganjurkan umatnya untuk bekerja. Hal ini mempunyai arti bahwa, merealisasikan fungsi kehambaan kepada Allah Swt dan menempuh jalan menuju Ridho Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf  hidup dan memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain.

Kerja keras atau dengan kata lain yang dinamakan etos kerja merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai kebahagian dunia dan akherat. Sebab dengan etos kerja yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Etos kerja yang tinggi dapat diraih dengan jalan menjadikan motivasi ibadah sebagai pendorong utama disamping motivasi penghargaan dan hukuman serta perolehan material.

Etos kerja adalah sifat, watak dan kualitas kehidupan manusia, moral dan gaya estetik serta suasana bathin. Etos kerja merupakan sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang merefleksikan dalam kehidupan nyata, sehingga etos kerja dapat diartikan sebagai pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar pada kerja. Akan tetapi jika etos kerja mengalami penurunan, maka kinerja yang menjadi tanggung-jawabnya pun tidak akan maksimal dan penurunan laju pertumbuhan yang akan didapatkan.

Islam mengenal konsep ‘abdun, khalifah dalam hal ini diri manusia harus memiliki sifat ‘abdun yaitu landasan normative yang harus menundukan diri kepada Allah Swt. Karena seorang khalifah adalah eksistensi kreatif manusia, dengan demikian manusia harus selalu menjadi hamba yang kreatif agar misi memakmurkan dunia berjalan dengan baik berdasarkan tuntunan wahyu. Namun demikian perlu dicatat, ketaatan tidak dimaknai secara literlek yang menyebabkan seseorang menjadi fatalis, tidak kreatif dan bermental budak. Namun, pemaknaannya sebagai wakil Tuhan, setidaknya harus memiliki semangat nama-nama sifat Tuhan dengan demikian setiap manusia dapat mengoptimalkan diri menjadi pribadi yang unggul, kreatif, berfikir maju, bermental pemberani untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Dengan demikian umat manusia yang mengaku ber-Tuhan, maka ia harus mengoptimalkan diri menjadi manusia yang unggul, mandiri, sehat lahir dan batin guna mengeksistensikan diri di muka bumi untuk dunia yang lebih baik. sebagaimana landasan normative dalam al-Qur;an bahwa Tuhan mengehendaki baldatun tayyibatun warabbun ghafur, suatu negeri yang baik, aman dan diridoi oleh Allah Swt.

Berfikir dan bersyukur adalah cara terbaik yang diperintahkan oleh Allah agar merasa lapang dada dalam menghadapi kehidupan. Allah Swt berfirman:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ. (ابراهيم:7)

Artinya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat)kepadamu, dan jika kamu mengingkar (nikmat-ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(Qs.ibrahim:7)

Wallahu al muwafiq

Ihdinas shirata al mustaqim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *