Opini: Sisi Spiritualitas Lailatul Qadr

Share :

 

Sisi Spiritualitas Lailatul Qadr
Oleh: Ahmad Muttaqin
Dosen UIN Raden Intan Lampung

Lailatul Qadr adalah salah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam al-Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari nseribu bulan. Deskripsi tentang keistimewaan mala mini dapat dijumpai pada Surat al-Qadr, surat ke 97 dalam al-Qur’an.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Lailatul Qadr, secara bahasa, terdiri dari dua kata, Lail atau malam, dan qadr,berarti penetapan atau kemuliaan.  H.M Quraish Shihab, seorang Mufassir Indonesia, dalam bukunya Membumikan al-Qur’an, menjelaskan tiga makna yang terkait lailatul Qadr. a. Penetapan, adr dalam arti penetapan atau  pengaturan adalah penetapan Allah terhadap perjalanan hidup manusia. Pada malam tersebut Allah mengatur dan menetapkan strategi bagi Nabi Muhammad agar memberi petunjuk agama yang benar kepada manusia. Rujukannya adalah surat Ad-Dukhan; 3, “Sesungguhnya Kami menurunkan (al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang member peringatan”. b. Kemuliaan, maksudnya, lailatul qadr merupakan malam mulia yang tidak memiliki bandingan. Disebut tidak berbanding, karena malam itu dipilih sebagai waktunya turun al-Qur’an. Kata qadar yang berarti mulia, dapat ditemukan dalam surat al-an’am ; 91, “ mereka tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”. c. Sempit, lailatul qadr diartikan sebagai malam yang sempit, lantaran banyaknya malaikat yang diturunkan kebumi untuk mengatur segala urusan. Ini merujuk pada surat al-qadr; 4, “ pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhan-Nya untuk mengatur segala urusan.

Ketika disebut lailatul qadr yang sering muncul dibenak kalangan kaum muslim secara umum adalah, suatu malam dibulan ramadhan yang penuh keajaiban, banyaknya keanehan yang terjadi pada malam tersebut. Seperti, malam yang sunyi, tenang, pepohonan yang tunduk ataupun munculnya cahaya yang terang benderang, dan kisah keajaiban lainnya. Kisah-kisah orang-orang yang mendapatkan pengalaman subyektif keajaiban seperti ini kerap juga kita dengar melalui penuturan dari lisan ke lisan. Tanpa bermaksud menafikkan ataupun menolak kisah-kisah keajaiban tersebut, lailatul qadr, sejatinya juga mengandung dimensi spiritualitas, dimensi rohani seorang muslim sehingga ia bertolak menuju perubahan yang lebih baik.

Dalam al-Qur’an tidak ditemukan keterangan pasti kapan turunnya Lailatul qadr, Nabi Muhammad sendiri menganjurkan umat Islam untuk mencari malam kemuliaan ini pada 10 hari terakhir, baik dalam redaksi ‘ Sembilan atau sepuluh hari terakhir ramadhan” (HR. Muslim) atau “ tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh hari teraklhir Ramadhan” (HR. Bukhari). Isyarat rasulullah pada hari-hari terakhir ramadhan ini menunjukkan bahwa lailatul qadr merupakan puncak pencapaian ruhani dari berbagai latihan ruhani yang dilakukan oleh seorang muslim selama melaksanakan ibadah puasa. Dengan demikian turunnya Lailatul qadr pada seseorang tidaklah bersifat ‘Ujug-ujug’ atau dadakan, melainkan melalui serangkaian ibadah-ibadah yang yang telah dilakukan seorang muslim sejak awal puasa dan terus menerus hingga pada puncaknya ia memperoleh keberkahan Lailatul Qadr. Jika diibaratkan, Ramadhan sebagai kawah candridimuka dalam latihan ruhani seorang muslim, maka Lailatulqadr merupakan pencapaian puncak seorang muslim.setelah rangkaian latihan-latihan tersebut dilakukannya secara sungguh-sungguh dan keimanan,” Barangsiapa beribadah pada malam lailatulqadr dengan penuh keimanan  dan ketulusan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu’” demikian sabda nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Tanda-tanda bahwa pada malam tersebut langit sangat bersih, hawanya tidak dingin dan tidak panas, yang diisyaratkan oleh Hadits Nabi, menunjukkan kondisi jiwa yang telah tersucikan, bersih dari kotoran-kotoran jiwa, dan kedamaian spiritual yang dicapainya, tunduknya pepohonan atau makhluk-makhluk dimuka bumi, mengisyaratkan telah ditundukkannya nafsu-nafsu duniawi dan ego pribadi yang selama ini melekat pada dirinya. Pendek kata secara ruhani, Lailailatul Qadr, merupakan suatu pencerahan, yang membawa kedamaian dan kelembutan pada jiwa.

Lailatul Qadr, suatu malam dimana segala kebaikan diturunkan, malaikat turun membawa rahmat dan keberkahan. Allah membuka pintu ampunan, syaitan dibelenggu dan ditutupnya pintu neraka. Saat itu orang-orang yang beriman yang memperolehnya menjadi tenang dan damai. Merasakan manisnya dan indahnya mendekatkan diri kepada Sang Maha pencipta. Suatu perubahan menuju kearah yang lebih baik, penetapan Qadr baru, yang tentu saja perubahan ini ditunjukkannya juga pada hari-hari setelah ramadhan. Wallahul Muwafieq ila aqwamith thariq. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *