Benarkah Syaithan Dibelenggu Pada Bulan Ramadhan
Oleh: Dr. Agus Hermanto, MHI
Dosen UIN Raden Intan Lampung
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan dimuliakan oleh Allah swt., sehingga pada bulan ini syaithan dibelenggu untuk tidak menggoda manusia. Sebagaimana sabda rasulullah saw, “Apabila tiba bulan ramadhan, maka dibukakan pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu” (HR. Bukhari Muslim).
Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimanakah sejatinya makna setan dibelenggu pada bulan ramadhan?. Ada dua perspektif dalam memahami hal ini, pertama para ulama tekstualis mengatakan bahwa setan terbelenggu adalah pemaknaan secara harfiah, atau secara bahasa, sehingga pintu surga benar benar terbuka, pintu neraka benar benar tertutup dan setan benar benar terbelenggu. Keterangan surga sebagaimana dalam surat al-Shad ayat 37-38, adalah ketika rasulullah saw melakukan Isra’ Mi’raj diperlihatkan kenikmatan surga dan siksa neraka, sehingga benar adanya, adapun setan dibelenggu secara fisik, diikat, ditali, sehingga tidak berkutik sampai akhir ramadhan.
Kedua adalah pemahaman ulama kontekstual, yang mengatakan bahwa ini adalah ungkapan metaforis, majazi, dan bukan makna haqiqi, sehingga gambaran pintu surga dibuka adalah Allah menjadikan bulan ramadhan sebagai bulan mulia yang memberikan peluang kepada hambanya untuk memperbanyak ibadah di dalamnya, dan memotivasi umat Islam untuk berlomba lomba dalam beribadah, yang mana pahala akan dilipat gandakan.
Begitu juga gambaran pintu surga ditutup adalah mengambarkan berapa sensitivitas umat Islam terhadap dosa pada bulan itu, sehingga berapa tinggi kesadaran mereka dalam menjauhi kemaksiatan pada bulan ramadhan tersebut. Sehingga pintu pintu neraka tertutup, bukan secara fisik, namun sebagai gambaran manusia agar tidak berbuat maksiat pada bulan ramadhan.
Sedangkan setan ada dua, yaitu dari jumlah jin dan manusia, setan akan terkunci menggoda manusia, karena ia telah asyik beribadah dengan khusu’ dan tawadhu’ kepada Allah, sehingga tidak ada peluang setan untuk menggoda nya. Sedangkan setan dari jumlah manusia, sejatinya adalah bahwa manusia seharusnya sadar, tidak maksiat, memperbanyak ibadah, sehingga dengan demikian dari jumlah manusia tidak banyak dapat menggoda manusia, baik oleh dirinya maupun orang lain. Sebagaimana dalam surat al An’am ayat 112, dan surat al Isra’ ayat 27.
Lantas mengapa masih banyak kemaksiatan merajalela dimana mana, apakah setan masih menyusup pada diri manusia, hal itu disebabkan pada kerakusan dan syahwat manusia yang tidak mampu mengendalikan nafsunya, sehingga tetap saja berbuat kemaksiatan. Wallahualam.