At Takalluf Dalam Menafsirkan Waqarna
Sebagai Isyarat Al Qur’an Tentang Virus Corona
Oleh: Dr. H. Yusuf Baihaqi, M.A.
Pengurus MUI Lampung
Dosen UIN Raden Intan Lampung
At Takalluf dalam sebuah penafsiran adalah upaya pemaksaan dalam mengaitkan ayat dalam Al Qur’an dengan sebuah fenomena yang terjadi, padahal baik secara denotasi bahasa maupun konteksnya, sama sekali tidak ada yang bisa dikaitkan antara ayat dengan fenomena tersebut.
Virus Corona yang sekarang ini melanda hampir di seluruh penjuru dunia, menuntut kita untuk merujuk kepada Al Qur’an, sebagai satu-satunya kitab suci yang tersisa yang diperuntukkan untuk semua umat manusia, dan berlaku untuk sepanjang zaman semenjak diturunkannya. Ada banyak ayat yang bisa memberikan tuntunan kepada kita dalam bagaimana memahami dan menyikapi virus Corona yang terjadi. Akan tetapi mencari ayat dalam Al Qur’an yang membahas secara langsung tentang virus Corona, dalam hemat kami adalah bagian dari pemaksaan diri dalam berinteraksi dengan Al Qur’an. Karena tidak berarti bahwasannya kandungan Al Qur’an mencakup segala sesuatu, semua fenomena yang terjadi di alam semesta ini ada pembahasannya secara langsung dalam teks Al Qur’an.
Baru-baru ini sempat viral di medsos, bahwasannya perintah menetap diri di dalam rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus Corona, telah diisyaratkan oleh Al Qur’an dalam surah Al Ahzab: 33, yang berbunyi Wa Qarna Fî Buyūtikunna (dan hendaklah kamu tetap di rumahmu).
Dalam hemat kami, mengaitkan potongan ayat diatas dengan fenomena virus Corona, jelas-jelas merupakan bagian dari At Takalluf dalam menafsirkan teks Al Qur’an. Pertama, secara bahasa asal kata Qarna adalah Iqrarna, karena keberadaan dua huruf Ra memberatkan secara pelafazhan, dibuanglah huruf Ra pertama, dan harakatnya berpindah ke huruf Qaf sebelumnya, maka jadilah Qarna yang berarti: menetap di satu tempat. Sedangkan Corona sebagai sebuah virus, bukanlah berasal dari bahasa Arab, sebagaimana Al Qur’an berasal, hal ini dibuktikan penulisan Corona dalam bahasa Arab, tidak ditulis dengan huruf Qaf melainkan dengan huruf Kaf, yakni: كورونا .
Kedua, Al Qur’an ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, dengan bahasa Arab, Al Qur’an ditafsirkan, dan tidak bisa ditafsirkan dengan menggunakan bahasa selain bahasa Arab.
Ketiga, perintah pada ayat diatas ditujukan untuk para istri nabi, agar mereka menetap di rumah dan tidak bersikap sebagaimana kebanyakan para wanita yang kerap keluyuran keluar rumah, bukan untuk sebuah keperluan yang penting, apalagi sampai menimbulkan fitnah di tengah kaum lelaki.
Keempat, para istri nabi yang diperintahkan pada ayat diatas, walaupun perintah ini juga berlaku atas para wanita muslimah lainnya, sebagai sebuah penghormatan bagi mereka dan agar mereka menjadi suri tauladan bagi para wanita muslimah yang lain.
Kelima, perintah diatas sama sekali bukanlah sebuah larangan yang bersifat permanen bagi para wanita untuk keluar rumah, melainkan bersifat kondisional, dimana larangan itu tidak berlaku bagi mereka dikarenakan ada sebuah kebutuhan dan kemaslahatan, tentunya dengan tetap menjaga kehormatan mereka.
Keenam, yang lebih menguatkan bahwasannya ayat diatas tidak ada kaitannya sama sekali dengan virus Corona, bahwasannya yang diminta untuk menetap di rumah dalam kasus virus Corona bukan saja kaum wanita, melainkan juga kaum lelaki, sedangkan konteks ayat diatas hanya diperuntukkan untuk kaum wanita saja. dikarenakan mereka secara karakter penciptaannya lebih pas untuk mengurusi urusan rumah tangga, seperti: mengurus suami dan anak-anaknya. Sebaliknya kaum lelaki yang lebih pas untuk keluar rumah, mencari karunia Allah swt, guna menafkahi keluarganya.