Bandar Lampung: Dosen UIN Raden Intan Lampung Fathul Muin menjadi khatib salat Idul Adha di lapangan SMAN 2 Bandar Lampung, Minggu (11/8/2019). Dalam khutbahnya, dia mengajak umat Islam untuk meneladani Nabi Ibrahim.
Di hadapan sekitar 500 jamaah, Dosen Fakultas Syariah itu menjelaskan bahwa Idul Adha tidak bisa lepas dari sejarah Nabi Ibrahim. Dia menyampaikan setidaknya ada tiga pesan penting yang layak diteladani oleh Umat Islam hari ini dari kisah Nabi Ibrahim.
“Ini adalah hari yang besar, bukan buatan manusia, bukan diciptkan pemerintah, tapi ini merupakan pemberian dan karunia Allah. Di hari yang besar ini terus terulang setiap tahun, tapi paling tidak ada tiga perkara penting yang akan khotib sampaikan khutbah Idul Adha Tahun Ini,” kata Fathul Mu’in saat memulai khutbahnya.
Berikut teks lengkap khutbah yang disampaikan di depan ratusan jamaah.
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Jamaah Rahimakumullah.
Takbir. Tahlil. Tahmid. Tak henti-hentinya meluncur dari setiap lisan kaum beriman. Menggetarkan dada. Menyentuh jiwa. Bergemuruh di langit. Menghujam ke bumi. Dengan hati yang khusyuk, tulus dan ikhlas. Semua Muslim. Termasuk kita di sini. Bersimpuh. Bersujud. Merunduk dan merendahkan diri. Di haribaan Zat Yang Mahasuci. Hanyut dalam senandung pujian kepada Ilahi. Tenggelam dalam pengagungan kepada Zat Yang Mahatinggi. Allah Rabbul ‘Izzati.
Jamaah Solat Idul Adha RahimakumulLâh.
Ini adalah hari yang besar, hari yang diberikan Allah, bukan buatan manusia melainkan pemberian dan karunia Allah. Di hari yang besar ini terus terulang setiap tahun, tapi paling tidak ada tiga perkara penting yang akan khotib sampaikan khutbah Idul Adha Tahun Ini. Pertama kita diingatkan Bagaimana seorang manusia bernama Ibrahim yang diuji oleh Allah SWT dengan beberapa ujian. Ujian pertama menghadapi seorang ayah yang tidak beriman kepada Allah. Penyembah berhala, bahkan pembuat berharal. Ibrahim mengajak ayahnya yang diabadikan di dalam Alquran Surat Maryam.
يَٰأَبَتِ لِمَ تَعبُدُ مَا لَا يَسمَعُ وَلَا يُبصِرُ وَلَا يُغنِي عَنكَ شَئا
Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun.” Tapi, yang diterima Ibrahim tidak selembut kata-katanya, Azar sang ayah berkata kasar. Kalau kau tidak berhenti mengajak aku, kalau kau tidak berhenti menceramahi aku, aku akan lempar engkau pakai batu sampai mati. Tinggalkan aku Ibrahim!.
Itu kata-kata kasar yang disampaikan ayahnya kepada Ibrahim. Marahkah Ibrahim? Ibrahim tidak marah, Ibrahim justru menjawab. Salamun alaika, keselamatan untukmu wahai ayahku, aku akan mintakan ampun kepada Allah. Walau engkau salah, walau engkau berdosa, aku akan mintakan ampun kepada Allah, karena Allah itu maha pemaaf, dan aku dekat kepada Allah dan Allah mengabulkan doa-doaku.
Oleh sebab itu, sekasar apapun orang tua, kita tidak berhak mengatakan kasar kepadanya, menghardiknya. Tetaplah dengan kata-kata yang lembut, tetaplah menjalin silaturahim. Belajarlah dengan Ibrahim. Ujian yang pertama adalah ujian orang tua. Mana yang lebih kita patuhi, Allah, setelah Allah langsung orang tua.
Selesai menghadapi Ayah, Ibrahim kemudian berhadapan dengan umat penyembah berhala. Maka Allah menceritakan bagaimana Ibrahim menghancurkan berhala-hala itu. Lalu kemudian mereka murka, Wahai Ibrahim, kenapa engkau benci, kenapa engkau tidak suka kepada tuhan kami?
Ujian pertama ujian ayah, ujian kedua ujian umat. Ujian datang silih berganti. Selama kita berbuat baik, beriman kepada Allah, maka akan senantiasa diuji keimanannya. Hari itu juga mereka mengumpulkan kayu bakar, mereka bakar Ibrahim. Disitulah mukjizat datang, Allah berfirman.
يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
Hai api dinginlah kamu, sejuklah kamu dan selamatkan Ibrahim”,
Jamaah Solat Idul Adha yang berbahagia.
Ujian orang tua lulus, ujian dibakar umat selamat. Sekarang ujian pernikahan. Ibrahim lama menikah dengan Sarah, menikah lagi dengan Hajar. Tetap juga Ibrahim tidak dikaruniai anak, berdoa siang dan malam, doanya diabadikan dalam Alquran.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku anak yang soleh. Ya Allah berikan aku anak yang soleh ya Allah.
Maka, ujian pernikahan ingin mendapatkan anak, lama tidak punya anak, 86 tahun lamanya, barulah Allah takdirkan lahir seorang anak bernama Ismail. Ujian menghadapi ayah lulus, ujian menghadapi umat selamat, ujian menghadapi istri juga sukses.
Sekarang diuji dengan anak, anak yang sedang ganteng dan lembut, ditunggu selama 86 tahun lamanya, tapi anak buah hati belahan jiwa itu yang diminta Allah. Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelihnya, Ibrahim berkata wahai anakku, aku lihat dalam mimpiku aku menyembelih lehermu. Apa pendapatmu wahai anakku?.
Lalu Ismail menjawab, wahai ayahanda, laksanakan apa yang diperintahkan Allah. Insyaallah aku termasuk orang-orang yang sabar. Ibrahim adalah model manusia yang diberikan Allah ujian,dan dia lulus ujian itu, diuji anak lulus, diuji istri lulus, diuji umat selamat, diuji orang tua tidak dapat menciderai dan melukai akidahnya.
Maka jika hari ini diuji anak, luluskah kita, ini pertanyaan penting. Banyak orang Islam hari ini diuji dengan orang tua, kalah akidahnya, diuji dengan istri, mengalah imannya. Diuji dengan anak, hancur keyakinannya.
Maka kita sering menyebut namanya empat kali. Kama solaita ala ibrohim, wa ala ali ibrohim, kama barokta ala ibrohim, waalala ali ibrohim. Itu bukan sekedar nama Ibrohim diujung lidah, ditepi bibir. Itu bukan sekedar nama Ibrohin dalam sejarah, dalam Alquran. Tapi itu adalah nama Ibrohim supaya kita tegar, supaya kita kuat, sekuat Ibrohim AS. Pelajaran pertama orang yang beriman akan diuji keimanannya! Maka ketika ujian itu datang kuatlah, ketika ujian itu datang tegarlah!
Jamaah Rahimakumullah
Pelajaran kedua yang dapat kita ambil dari Idul Adha, bahwa Allah akan meminta kepada kita, seperti yang dia pinta kepada Ibrahim. Allah tidak minta kambing Ibrahim, kambingnya banyak, Allah tidak minta onta nabi Ibrahim karena untanya banyak, Allah tidak minta nyawa Ibrahim, walau dia sayang pada dirinya. Yang dipinta Allah adalah yang paling dia cintai. Apa yang dicintai Ibrahim? Anak yang sudah selama ini dia pinta selama 86 tahun lamanya. Apa maknamanya, jika kita mengatakan cinta kepada Allah, lebih cinta anak atau lebih cinta Allah? Lebih cinta harta atau lebih cinta Allah. Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim, maka sudahkah kita memberikan yang paling kita cintai kepada Allah SWT.
Jamaah Yang Berbahagia
Idul Adha ini juga tentang kurban. Allah tidak meminta anak kita, Allah tidak meminta istri atau suami kita, Allah tidak meminta semua harta kita, Allah hanya meminta kita mengorbankan hewan ternak untuk disembelih!
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Rabb-mu, dan berkurbanlah.”
Pelajaran kedua yang dapat kita ambil. Sudahkah kita memberikan yang terbaik kepada Allah. Kambing, sapi yang kita sembelih, akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, dengan kukunya, dengan bulunya. Akan bersaksi dihadapan Allah.
Jamaah Rahimakumullah
Melangkahkan kaki pagi ini adalah pengorbanan, solat sunah idul adha sangat ramai, semuanya datang, tapi solat fardhu berjamaah di Masjid, sudahkah kita berkorban untuk melakukannya. Orang sanggup menyembelih kambing, menyembelih sapi di hari yang mulia ini, tapi dihari lain sanggupkah kita memotong sedikit gaji kita untuk zakat, infak dan sedekah? Padahal itulah yang akan menolong kita. Berapa banyak orang yang sanggup berkurban di hari idul adha, tapi tak sanggup berkubran di hari yang lain, dalam bentuk yang lain. Pelajaran pertama siapa yang hidup pasti diuji. Pelajaran kedua sudahkah kita berkurban seperti pengorbanan Ibrahim.
Pelajaran ke tiga adalah bagaimana keberhasilan Ibrahim mendidik seorang anak sampai patuh luar biasa, kepatuhan sampai pada tingkat irasional, tidak masuk akal. Disitulah letak pendidikan anak, mari kita didik anak kita supaya patuh seperti patuhnya Ismail. Diberikan makanan yang halal, dimasukkan dalam pendidikan yang baik, pesantren dan lainnya.
Karena hari ini anak kita diserang terus dengan tayangan tv, youtube, game online, video porno, narkoba dan lainnya. Semua itu adalah supaya kita ingat kembali, sanggupkah kita menyelamatkan anak kita seperti Ibrahim menyelamatkan anaknya Ismail dari belenggu setan.
Ketika kita sanggup maka layak kita menyebut namanya, kama solaita ala ibrhomin, kama barokta ala ibrohim. Tapi kalau kita tidak mampu, kita tidak sanggup, berarti kita sudah gagal. Anak adalah amanah, orang tua yang berhijab, bapak yang rajin solat berjamaah, rajin bersedekah, selangkah menuju surga. Tapi kalau anak tidak kita didik dengan baik maka selangkah juga kaki kita akan masuk kedalam neraka jahanam.
Maka, mari selamatkan anak anak kita. Mereka adalah aset, mereka adalah investasi akherat. Belajar dari Ibrohim, belajar dari Siti Hajar. Hajar istri yang solehah. Perempuan yang tegar, bukan perempuan yang cengen. Hajar adalah tipikal model ibu muslimah yang mampu membesarkan seorang anak dengan tawakal dan doa.
Ismail ada dari seorang ayah yang soleh, disemai benih di dalam Rahim ibu yang soleha, maka lahirlah seorang anak bernama Ismail. Cucu cicit dari keturunan Ismail lahirlah seorang Nabi besar Rahmat semesta alam, dialah Muhammad SAW.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Saudara-saudara sekalian.. Kalau pada hari ini ada di antara kita yang sedang sakit, itu tak mengapa. Kalau ada yang hartanya berkurang, tak mengapa.. Kalau ada yang matanya mulai rabun, telinganya tuli, dan giginya mulai hilang, tak mengapa. Tak perlu bersedih. Karena pada dasarnya memang badan ini semuanya takkan bergerak sama sekali. Saat itu tak perlu khawatir. Di mana pun kita meninggal dunia, maka tubuh ini pasti ada yang mengurusnya. Ada yang memandikannya, ada yang mengafaninya, ada yang menshalatinya dan ada yang menguburnya. Itulah urusan dan nasib tubuh kita. Yang cantik, yang kaya, yang sehat sama. Akhirnya bercampur dengan tanah dan jadi makanan binatang-binatang di dalamnya.
Apakah urusan selesai? Tidak. Yang mati hanya tubuh kita. Tapi ruh kita, jiwa kita masih ada. Di situlah babak kehidupan yang sejati dimulai. Tak ada sandiwara dan tak ada basa basi. Yang dipanggil bukan lagi jasmani ini. Tapi jiwa yang berada di dalam tubuh ini. Yang baik mendapatkan kebaikannya dan yang buruk mendapatkan keburukannya. Semoga kita semua ini nanti dipanggil oleh Allah dengan panggilan: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd.
Mari kita berdoa kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad. Semoga doa kita dikabulkan Allah SWT dan shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga beliau, sahabat beliau dan umat beliau yang setia hingga akhir zaman.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَناَ وَلِوَالِدِيْناَ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمينَ وَالْمُسْلِماتِ اَلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum Muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat, sujud dan berkurban. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut azab-Mu, karena azab-Mu sangat pedih.
Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan duduk dan jagalah kami dengan Islam dalam keadaan tidur. Jagalah kami dengan Islam saat kami sehat maupun saat kami sakit. Jangan cabut nyawa kecuali kami dalam kondisi beragama Islam dan husnul khatimah.
Ya Allah, Engkau yang menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api menyala, Engkau yang menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Engkau yang menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut ikan, Engkau yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari makar kafir dan orang orang munafik.
Ya Allah persatukanlah kami kaum Muslimin, untuk mengamalkan ajaranMu. Karuniakanlah kepada kami keberkahan dari langit dan bumi. Jangan biarkan kami bercerai-berai. Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa kunnaa minadhdhaalimiin…3X
Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan, dan musibah, anak-anak yatim, dan para fakir-miskin. Sembuhkan yang sakit. Tolong dan lindungi mereka yang ditimpa musibah. Anugerahkan kebahagiaan kepada mereka. Siramilah mereka dengan rizki yang melimpah dari sisi-Mu yang penuh berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan menyantuni mereka. Ampuni kami, ya Allah.
Ya Allah jadikan haji saudara kami yang saat ini tengah beribadah di tanah suci haji yang mabrur. Ya Allah, berikanlah kelapangan riski bagi kami yang belum berhaji agar bisa berangkat haji tahun depan. Ya Allah terimalah kurban saudara-saudara kami yang berkurban tahun ini. Berilah kelapangan rizki bagi kami yang belum berkurban agar bisa berkurban tahun depan Ya Allah.
Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ