Berdakwah Mencari Ridho Allah Swt
Oleh: Nirwan Hamid, M.Pd.I
Pengurus DP MUI Kota Bandar Lampung
Kata dakwah berasal dari kata Bahasa Arab yaitu da’a ( دَعَا) yang artinya menyeru, memanggil, mengajak. Jadi berdakwah secara umum bisa diartikan dengan mengajak orang-orang disekeliling kita baik dengan cakupan yang luas atau yang kecil dengan cara yang baik tentunya. Mengedepan rasa tasamuh (tenggang rasa) dan tawazun (keseimbangan) tentunya. Dalam praktek berdakwah tentunya tidak semulus yang kita pikirkan, pasti ada tantangan, ketidak sepahaman bahkan penolakan. Lalu bagaimana strategi dakwah kita agar tidak terjadi pertentangan bahkan penolakan? Apakah perbedaan karakter juga menjadi penyebab dakwah kita tidak mengena pada masyarakat?
Dalam surah An-nahl ayat 125 Allah Swt berfirman:
اُدْعُوْااِلىَ سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنِ
Artinya: ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan tutur kata yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa saja yang tersesat dari Jalan-Nya. dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Ayat ini tidak menggunakan tema “ud’u ila robbika” tetapi menggunakan kata “ud’u ila sabiili rabbika” perbedaan yang mendasar jika kata “ud’u ila robbika” maka orientasi dakwah yang dimaksud adalah lansung kepada Rabb, Dzat Allah Swt dan lebih tegas lagi materi dakwahnya dan terfokus kepada ketuhanan Allah Swt. Sedangkan kata “ila sabiili robbika” maka orietasi dakwah lebih terfokus kepada jalan, media, sarana, metode yang bisa menghantarkan ummat bisa menemukan Rabbnya. Karena dakwah pada study ayat ini berorientasi pada “sabil” maka benar-benar selanjutnya di-breakdown dengan memaparkan metodenya: al-hikmah, al-mau’idhotil hasanah, dan al-jidal al-ihsan.
Kata-kata al-hikmah bisa diartikan kebijakan, kearifan. Bahkan al-Quran sendiri menyebut al-hikmah sebagai kebaikan yang maksimal dan siapa yang dianugerahi hikmah maka sama hal nya dianugerahi kebaikan yang berlimpah ruah. Jika dilihat dari komparasi dari dua tehnik yang lain, rasanya dakwah bi al- hikmah lebih mengarah kepada perbuatan, termasuk kebaikan. Ilmuwan menyebutnya dakwah bi al hal. Setiap mukmin tentunya sangat menginginkan ridho dari Allah Swt sebab apabila seseorang sudah mendapta ridho Allah Swt maka pasti mendapatkan taufik, rahmat, dan kasih sayang-Nya. Nabi Muhammad Saw bersabda dalam sebuh hadits:
مَامِنْ مُسْلِمٍ اَوْ ِانْسَانٍ اَوْ عَبْدٍ يَقُوْلُ حِيْنَ يَمْشِي وَحِيْنَ يُصْبِحُ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبمُِحَمَّدٍ نَّبِيَّا اِلاَّ كانَ حَقاًّ عَلىَ اللهِ اَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواهُ ابنُ مَاجَه)
Artinya: tidaklah seorang muslim atau manusia atau seorang hamba berkata ketika menjelang sore dan pagi hari; “ Aku ridho Allah sebagai Tuhanku, dan Islam sebagai agamaku dan Nabi Muhammad sebagai Nabiku” kecuali Allah berhak untuk meridhoinya pada hari kiamat (HR. Ibnu Majah). Ada tiga poin penting yang disampaikan pada hadits diatas . Pertama, pernyataan tentang kalimat “aku ridho Allah sebagai Tuhanku” sunggguh pernyataan ini mempunyai konsekuensi yang sangat besar dalam hidup ini. Berarti secara ekplisit harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang Allah Swt berikan kepadanya. Termasuk dengan semua takdir yang ada dalam hidupnya baik senang ataupun yang susah. Karena ia yakin bahwa semua yang Allah Swt berikan pasti yang terbaik bagi dirinya. Karena ia yakin bahwa Allah tidak mungkin menzolimi dirinya.
Ketika ia berkata “aku ridho Allah sebagai Tuhanku” berarti ia sudah siap untuk senantiasa Sami’na wa Ato’na kepada-Nya. Untuk senantiasa tunduk dan patuh kepada semua perintah-Nya dan siap menjauhi segala larangan-Nya. Kedua, ada kata “aku ridho Islam sebagai agamaku” islam sebagai agama yang paripurna dan mengangkat derajat manusia tanpa pandang bulu, dan meleburkan semua sistem kasta dan suku. siapa yang paling bertaqwa maka dialah yang paling mulia dihadapan Allah Swt. Inna Akramakum ‘Inda Allah at qo qum. Agama Islam datang sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta) dengan wujud yang sempurna lembut dengan antar sesama dan sangat toleran dengan agama lain. Tidak ada paksaan dalam beragama, tetapi bukan bearti Islam lemah dan tidak berdaya, tetapi lebih mengutamakan perdamaian dan toleran dengan sesama. Ketiga, “ aku ridho Muhammad sebagai Nabiku” sebuah ungkapan yang mendalam ketika seseorang masuk Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat dengan kesaksian Allah Swt sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai utusan Allah. Adalah syarat mutlak iman dan amal seseorang diterima oleh Allah Swt tanpa adanya kedua key word tersebut maka amal dan perbuatan akan sia-sia.
Kita tidak pernah bisa memastikan apakah amalan atau dakwah yang telah kita lakukan sudah sesuai dengan keridhoan Allah Swt. Kita hanya berusaha sesuai dengan tuntunan al-Quran dan sunnah Nabi-Nya. Namun demikian bukan bearti bahwa keridhoan Allah itu tidak bisa dicapai. Usaha kita mencapai keridhoan Allah bukanlah mencari kepastian tapi merupakan suatu proses yang berkesinambungan tanpa berkesudahan. Ada dua cara menjalani proses sebagai upaya kita mencari keridhoan Allah Swt. Pertama, mengerjakan hal-hal yang telah disebutkan al-Quran dan hadits sebagai suatu yang mendatangkan keridhaan Allah Swt. Ada beberapa petunjuk yang bisa kita ikuti dalam al-Quran diantaranya: takut kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah al-Bayyinah ayat 8 yang artinya: “ Balasan mereka disisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan merekapun ridho kepada-Nya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. Takut kepada Allah hanya bisa dirasakan oleh mereka yang benar-benar mengetahui dan merasakan kehadiran Tuhan. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran “sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sungguh Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. al-Fatir:28).
Kedua,bertaqwa kepada Allah Swt. Sebagai manusia yang penuh dengan unsur kelemahan manusia akan mempunyai nilai yang lebih disisi Allah Swt jika ia bertaqwa. Dengan cara mengerjakan yang diperitah Allah Swt dan menjauhi segala yang dilarangan Allah Swt. Maka dengan demikian metode atau materi dakwah kita akan lebih mengena dan meresap dihati sanubari manusia. Karena didasari dengan niat yang ikhlas.
Wa allahu ‘alam bissho wab, ihdinas shiratol mustaqim. Wallahu muwafiq.