Anggota PC IPNU Lampung Tengah Diamanahi Sebagai Koorda Syubban Lovers Lampung Tengah

Share :

Lampung Tengah: Anggota Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Lampung Tengah, Muhammad Zakaria mendapat amanah dari Syubbanul Muslimin (SM) sebagai Koorda Syubband Lovers Lampung Tengah.

Peresmian sebagai Koorda syubband Lovers berlangsung di Lampung Tengah, pada Kamis (20/06/2019) dengan Syubbanul Muslimin Nusantara, oleh para tim penyeleksi diantaranya yaitu Puput selaku koorda dari Depok dan Wiwid selaku koorda Syubban Lovers pusat.

Koorda merupakan pusat informasi di daerah berdasarkan informasi dari Syubbanul Muslimin dan pengurus pusat Syubban Lovers Nusantara.

Adapun tugas dan kewajiban Koorda Syubban Lovers Nusantara, tentunya sangat banyak dan yang paling penting adalah amanah. Selain itu, koorda juga harus siap dalam mengkoordinir Syubban Lovers daerahnya yang hadir jika Syubban tampil di daerah terdekatnya agar tertib dan tidak mengganggu jalannya majelis.

“Insyaallah mendapat Surga Allah dan Syafaat Rosulullah jika diniatkan ibadah dan Lillah wa Lirrosulillah karena kita ikut berjuang membumikan sholawat,” ujar Zakaria yang juga anggota IPNU pada Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) UIN Raden Intan Lampung.

Kemudian, majelis Syubbanul Muslimin sendiri lahir dari rahim Ponpes Nurul Qodhim. Ponpes ini merupakan salah satu ponpes salaf yang cukup tua di wilayah Paiton. Salah satu menantu pengasuh ponpes, yaitu Gus Hafidzul Hakim kemudian membidani lahirnya Majelis Syubbanul Muslimin.

Dituturkan Gus Hakim, ketika Majelis Syubbanul Muslimin berdiri, banyak anak muda Paiton datang masih berambut gondrong, memakai anting, dan terkadang mendengarkan ceramah sambil merokok. Tapi ia tidak pernah langsung menegurnya. Baginya, hadir ke majelis saja sudah sebuah kebaikan.

“Merubahnya harus pelan-pelan tidak bisa langsung. Yang penting bagaimana membuat mereka betah duduk di majelis, kalau sudah senang, betah, mereka pasti berubah,” katanya.

“Alhamdullilah, belakangan anak-anak muda itu menjadi lebih santun, baik dalam berpakaian maupun tingkah laku. Inilah yang kami sebut dakwah merangkul bukan memukul,” imbuhnya. (ZK/Hanivah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *