(Ramadhan) Dengan Ramadhan, Tergapailah Derajat Iman dan Taqwa

Share :

Dengan Ramadhan, Tergapailah Derajat Iman dan Taqwa

Dr. Agus Hermanto, M.H.I 

Dosen UIN Raden Intan Lampung

Allah swt., firmannya: “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana puasa itu telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (al-Baqarah: 183). Ayat ini tergolong sebagai ayat Madaniyah, yang mana ayat ini diturunkan di Madinah dengan ciri khas yaitu diawali dengan lafadz “Ya, ayyuhalladzi na aamanu” wahai orang-orang yang beriman.

Disebut orang yang beriman, yaitu untuk meneguhkan keimanan seseorang adapun kreteria orang yang beriman salah satunya adalah percaya kepada kitab-kitab sebelum al-Qur’an, yaitu Zabur, Taurat dan Injil. Lafadz tersebut dengan sengaja karena sangat berkaitan erat dengan lafadz setelahnya yang menggunakan istilah “kutiba ‘alaikum al-shiyam” lafadz ini menggunkan kutiba dan bukan aujaba atau faradha, karena ayat setelahnya menjelaskan “kama kutiba ‘alaikum al-shiyam” sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian. Bahwa perintah puasa sejatinya sudah diwajibkan kepada umat-umat sebelum umatnya Muhammad saw., sehingga tidak akan dimengerti atau dipercayai kecuali oleh orang-orang yang beriman.

Kemudian danjutkan dengan kalimat ,”la’allakum tattaquun” mengandung tiga makna, yaitu; Pertama, adalah agar kita terjaga dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah swt., karena apa yang diharamkan mengandung kemudharatan yang nyata. Kedua, agar kita menjadi lemah, karena dengan kita menjalankan puasa, fisik kita sangat berbeda dengan disaat kita tidak puasa, terasa lemah dan kurang berdaya sehingga kita mudah membimbing diri kita untuk menjadi orang yang bertaqwa. Sebab, ketika kita sedikit makan, maka syahwatnya juga akan lemah, ketika syahwatnya melemah maka makshiyyatnya juga akan sedikit dan mudah dikendalikan. Ketiga, adalah agar kita terjaga dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kita, yaitu Yahudi dan Nashrani.

Maka sesungguhnya harapan puasa adalah tercapainya tingkat ketaqwaan kepada Allah dengan mengaplikasikannya apa-apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilaranya-Nya, baik ketika sedang berpuasa maupun setelahnya. Maka sesungguhnya taqwa bukanlah menjadi jaminan bagi orang yang berpuasa kecuali ia berpuasa dengan sungguh-sungguh, karena puasa yang benar akan terpenuhinya target, yaitu terjaga dari kemaksiatan, menjadi lemah syahwatnya, serta dapat terhindar perbuatan yang dilakukan oleh umat-umat sebelum kita, karena sesungguhnya ibadah puasa merupakan ibadah yang telah disyari’atkan kepada umat-umat terdahulu, dan kemudian disyari’atkan kembali kepada kita umat Muhammad saw. Semoga kita selalu mendapatkan bimbingan Allah dan dapat tercapai ketaqwaan di bulan suci Ramadhan ini. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *