(Ramadhan) Ramadhan Bulan yang Mulia

Share :

(Opini) Ramadhan Bulan yang Mulia

Dr. Agus Hermanto, M.H.I

Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

            Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, sebuah kewajian yang ada di antara ibadah-ibadah yang di wajibkan oleh Allah swt., dalam Islam. Puasa merupakan bentuk ibadah kepada Allah, untuk melatih jiwa dan menahan diri dari hawa nafsu, sebuah amaliyah yang nyata, yang membutuhkan kemauan kuat (azimah). Maka dari pada itu, Allah swt., telah mewajibkan kepada umat Islam dan kepada umat-umat yang terdahulu, sebagaimana firman Allah swt., yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

            Rasulullah saw., selalau melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan selama satu bulan penuh, sebagai bentuk aplikasi dari perintah Allah swt., dan kemudian diajarkan kepada para sahabat tentang tata cara melaksanakan puasa dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Seandainya manusia mengerti tentang apa yang terkandung di bulan Ramadhan dari bentuk kemulyaan-kemulyaan, maka umatku pasti akan berharap bahwa bulan Ramadhan ada selama satu tahun penuh, kalau seandainya Allah mengijinkan langit dan bumi berbicara, maka ia pasti menjadi saksi bagi orang-orang yang menjalankan puasa, karena  jaminannya adalah surga”.

Hal ini merupakan kemuliaan yang terkandung dibulan Ramadhan, sebagaimana Rasulullah saw., bersabda “Sesungguhnya zakatnya badan adalah puasa, sebagaimana zakat yang mensucikan jiwa”. Rasulullah saw., bersabda; “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu” (HR. Bukhari). Adapun hal-hal yang  berkenaan dengan puasa, sebagaimana dijelaskan  oleh rasulullah saw., “Sesungguhnya seorang yang berpuasa pada siang hari dan menghidupkan malam hari, sedangkan ia tidak akrab dengan tetangganya, maka sesungguhnya tidak ada kebaiakan puasa dan shalat malamnya dan dia adalah ahli neraka”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak mau meninggalkan kata-kata dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak lagi butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari). Maka puasa itu dibagi pada puasanya orang umum, khusus dan, khususul khusus. 1) Puasanya orang awam  (umum) adalah hanya mampu menahan makan dan minum serta mampu mengendalikan syahwat, 2) Puasanya orang khusus adalah mampu menjaga telinga (pendengaran), mata (penglihatan) dan lisan (perkataan), tangan, kaki dari hal-hal yang akan mendatangkan kepada kemaksiatan, 3) Ppuasa khawasul khawas adalah menahan hati dari kecintaan pada duniawiyah dan hanya mengharapkan ridha dari Allah swt.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman: “Semua amal anak Adam untuknya selain puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.” (sampai di sinilah hadits qudsinya). Puasa itu perisai, maka jika kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika ada yang memaki atau mengajak bertengkar, katakanlah, “Saya sedang puasa”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi (Allah) yang nyawa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya dengan puasanya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra., “Sesungguhnya barang siapa yang berpuasa sehari di bulan Ramadhan maka akan dikeluarkan dosa-dosanya sebagaimana bayi yang baru dilahirkanoleh ibunya”. Wallahu A’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *