Sukses Transformasi UIN Lampung, Prof.Mukri Bagi Pengalaman ke IAIN Cirebon

Share :

Bandar Lampung: Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung diundang untuk berbagi pengalaman transformasi dari IAIN menjadi UIN dalam kegiatan Rapat Kerja Pimpinan IAIN Cirebon, Rabu (13/02/2019). Rapat tersebut dihadiri oleh ratusan pimpinan dan civitas akademika IAIN Cirebon.

Apresiasi ditunjukkan Rektor UIN Lampung itu kepada IAIN Cirebon yang akan bertransformasi menjadi UIN, bahwa menurutnya Cirebon sudah memiliki segala sumber daya yang dibutuhkan untuk itu, baik dari sisi historis, geografis, kultural, modal akademik, dan jaringan. Dan IAIN Cirebon tinggal hanya mengkonsolidasikan serta menggerakkan potensi yang dimiliki tersebut.

Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., yang telah sukses mentransformasikan UIN Lampung ini membagikan pengalaman bagaimana menjadi Rektor dengan mahasiswa dibawah 3000 orang hingga menjadi UIN dengan jumlah hampir 30 ribu mahasiswa.

Dalam paparannya, Rektor UIN Lampung itu menjelaskan  beberapa kunci sukses dalam kepemimpinannya, pertama keteladanan atau uswatun hasanah,
kedua penyamaan visi warga kampus dan ketiga manajemen ilahi (basiran wa nadhiran).

Prof. Mukri juga menjelaskan bahwa uswatun hasanah itu dimulai dari hal-hal kecil yang bisa dilihat.

“saya ini Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung, tapi lihat di kampus UIN Lampung yang sangat bersih, asri, ramah lingkungan dan nyaman. Stigma negatif soal NU saya balik semua di UIN Lampung. Uswatun Hasanah itu dimulai dari hal-hal kecil yang bisa dilihat dan dirasakan langsung,” ujarnya.

Menurut Prof. Mukri, Rektor itu ibarat pilot yang akan menerbangkan pesawat, yang mengkomunkasikan bahwa pesawat akan menuju tujuan mana, apa yang mesti dilakukan oleh para penumpang dan sikap seperti apa yang harus dilakukan oleh para kru dan penumpangnya. Pada saat _take off_ semua penumpang harus siaga dan mengikuti apa yang diminta oleh pilot. Oleh karenanya Rektor  harus mampu mengkomunikasikan visinya kepada seluruh civitas akademika dan mampu menjelaskan dan mengarahkan menuju visi yang ditetapkan.

Menjelaskan manajemen ilahi, alumni Pesantren Langitan ini menjadikan bahwa manajer harus memberi basyiran, kabar gembira atau harapan (hope) dan nadhiran, peringatan kepada yang dipimpinnya.

“Kalau anda melakukan kinerja yang baik anda akan memperoleh reward, tetapi kalau kinerjanya nggak baik, maka akan mendapat punishment,” tandasnya. (Hanivah/Rudi Santoso)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *