Bandar Lampung: Dalam diskusi kebangsaan yang diselenggarakan sabtu malam, 3/11/2018. Klasika membahas keadaan anak muda jaman sekarang yang lupa makna nasionalisme dan dibuka langsung oleh Een Riansah sebagai penanggung jawab program.
Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa diskusi ini dimaksudkan untuk mengingat, memaknai, dan menjaga spirit perjuangan dari sumpah pemuda. Terlebih di era modern hari ini, dimana setiap manusia hidup dalam hutan rimba citraan. Via media sosial ‘pamflet’ disebar di instagram, facebook dan semacamnya, dengan anggapan telah memperjuangkan spirit perjuangan para pemuda terdahulu. Tentunya akan membiaskan makna dari perjuangan yang sesungguhnya.
Dr Rudi DH LLM menjelaskan banyak Kajian keislaman di tempat-tempat pendidikan tidak menunjukan identitas nasionalisme.
“Mulai dari cara berpakaian hingga cara berinteraksi kita menghilangkan nasionalisme. Efeknya dalam survey yang saya lakukan pada mahasiswa saya, banyak mahasiswa yang tidak tahu tentang sejarah pergerakan nasional,” ujar ketua PW Lakpedam NU Lampung.
Kemudian Alexander GB juga menambahkan ada pergeseran budaya yang dialami oleh anak muda dari era 1928 dulu hingga sekarang era milenial sekarang. Anak muda sekarang terlalu disibukan dengan simbol-simbol hingga melunturkan rasa nasionalisme.
“Kondisi sekarang ini terjadi karena kurangnya ruang-ruang untuk segmen nasionalisme, mulai dari media hingga kampus-kampus itu tidak ada ruang untuk berbicara hal tersebut dan menjaga kesehatan nalar,” ujar pegiat teater itu dalan materinya.
Founder KLASIKA Chepry C Hutabarat dalam materinya menjelaskan, anak muda sekarang sangat disibukan dengan dirinya sendiri yang bersifat lahiriah. Hal tersebutlah yang akhirnya melupakan nasionalisme yang berada dalam aspek batiniah.
“Kita harus terus melakukan kritik pada diri kita masing-masing terhadap hal-hal yang sifatnya positivistik termasuk keributan sekarang di media sosial hingga lembaga pendidikan” tegas Bang C sapaan akrabnya.
Ketiga pemateri tersebut mengajak para peserta diskusi untuk merefleksikan kembali nasionalisme. Selain kita sibuk dengan jargon-jargon dan simbol-simbol, kita harus tetap merawat dan mempertajam nalar kritis.
Diskusi ini dilaksanakan di halaman rumah ideologi klasika, jalan sentot alibasa gang pembangung E/A5, Sukarame, Bandarlampung. Peserta diskusi terdiri dari beberapa Organisasi kepemudaan di Bandar Lampung. (Andira Putri Isnaini)