Jelang Pemilu 2019, Santri Berdiskusi tentang Demokrasi

Share :

Bandar Lampung: Para santri di pondok pesantren Darul Falah, Batu Putu, Kecamatan Teluk Betung Barat,  mengikuti halaqoh (diskusi) seputar demokrasi dan pemilu, pada selasa (30/10/2018).

Halaqoh itu diselenggarakan oleh KPU Kota Bandar Lampung untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada pemilu 2019 mendatang.

Kegiatan yang dikemas dalam acara “Halaqoh Demokrasi” itu  menghadirkan ketua Divisi SDM, Partisipasi Masyarakat, dan Kampanye KPU Kota Bandar Lampung, Fadilasari, dan sekretaris KPU, Jainudin.

Acara tersebut dimulai dengan penampilan tim hadroh para santri itu berlangsung disambut sangat antusias oleh para santriwan dan santriwati.

Dalam sambutannya, pengasuh pondok pesantren Darul Falah, Kiai Irmansyah, menyambut baik acara tersebut. Ia mengatakan meskipun para santri tidak berpolitik tapi harus paham politik.

“Para santri meskipun tidak berpolitik, mereka memang harus paham politik, karena kelak para santri akan berpartisipasi dalam memberikan suara pada Pemilu mendatang. Silakan nanti para santri bebas saja memilih,” katanya.

Kiai Irmansyah yang biasa disapa Ayah Irmansyah itu mengatakan,   demokrasi di Indonesia ini sudah berbeda dengan demokrasi pada masa sebelumnya.

“Saat ini semua rakyat sepertinya menjadi tim sukses calon yang akan berkontentasi, sehingga kerap terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam, baik di media sosial maupun di masyarakat,” katanya.

Beliau mengungkapkan, selaku Rois Syuriah PCNU Kota Bandar Lampung, dirinya sering diminta aparat kepolisian untuk mendamaikan beberapa pihak akibat perbedaan pendapat tersebut.

“Setiap orang memang punya pilihan, termasuk saya. Tapi kan tak perlu ribut, memilih itu nanti di Tempat Pemungutan Suara,” tuturnya.

Dalam halaqoh (diskusi) tersebut, Fadilasari mengajak para santri untuk mengungkapkan pendapatnya tentang demokrasi dan hubungan dengan pemilu, serta membahas pentingnya pelaksanaan pemilu bagi negara yang menganut paham demokrasi.

Siti Khodijah, seorang santri mengatakan, dalam demokrasi kita bebas berpendapat dan menentukan pilihan.

“Demokrasi juga menuntut kita berpartisipasi dalam pemerintahan, dengan memilih para wakil rakyat yang duduk di legislatif maupun eksekutif,” kata mantan jurnalis yang akrab disapa Ila ini.

Ila menuturkan, dahulu para pejuang bangsa kita, termasuk para kiai dan santrinya, harus mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsa. Saat ini, yang perlu kita lakukan, selain belajar dan bekerja yang baik, adalah memilih pemimpin dan para wakil rakyat untuk melanjutkan roda pemerintahan.

“Sama seperti pelajar SMU lainnya, santri yang berusia 17 hingga 21 tahun, yang belum pernah memilih, adalah pemilih pemula,” katanya.  (Rafa/Hanivah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *