Pringsewu: Gerakan pendidikan karakter di sekolah yang saat ini sudah dimuat dalam kurikulum pendidikan ditujukan untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat yang merupakan bagian dari gerakan nasional revolusi mental.
Urgensi penguatan pendidikan karakter berupa pembangunan SDM merupakan pondasi pembangunan bangsa menuju generasi emas 2045 dengan dibekali keterampilan abad 21. Kualitas karakter literasi dasar dan kompetensi membekali siswa menghadapi kondisi degradasi moral etika dan budi pekerti.
Hal ini dijelaskan Kasi Pendidikan Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pringsewu H Ahyarullah saat menjadi pemateri Workshop Pengembangan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di MAN 1 Pringsewu, Senin (9/7).
Ia menilai bahwa tantangan pendidikan saat ini lebih berat disisi karakter siswa di tengah perkembangan informasi dan teknologi yang tidak dapat dibendung lagi. Dan ini menurutnya harus disikapi dengan memberikan suri tauladan sikap dan akhlaqul karimah yang langsung dapat diteladani oleh peserta didik.
“Hal-hal kecil dari para pendidik bisa menjadi tauladan baik bagi siswa saat berinteraksi langsung seperti mengucapkan salam, etika makan dan minum dan sejenisnya,” ungkapnya sesuai dengan penguatan pendidikan karakter yang ditekankan dalam kurikulum pendidikan.
Kesuksesan dalam pendidikan karakter lanjutnya sudah terlihat dari sistem pendidikan di madrasah dan pondok pesantren. Para peserta didik di pesantren dididik untuk meraih kecerdasan spiritual dan emosional sehingga setelah lulus memiliki kepekaan dan solidaritas tinggi terhadap orang lain.
“Alumni sekolah agama dan pondok pesantren selalu melakukan konsultasi dengan orang tuanya dalam mengambil keputusan untuk masa depannya,” katanya memberi contoh nilai positif dari alumni pondok pesantren.
Disisi lain ungkapnya, doa orang tua dan guru juga mampu menjadi faktor keberhasilan pembentukan karakter peserta didik di madrasah dan pondok pesantren. Anak didik bisa mendapatkan hidayah dari washilah (perantara) doa dari orang tua dan guru.
“Maka itu guru itu orang yang istimewa. Ilmu yang ia berikan kepada siswanya dan mampu memberikan manfaat bagi kehidupan siswanya mampu membawa barakah kepada kita selaku guru,” katanya didepan peserta yang merupakan para guru di MAN 1 Pringsewu. (Muhammad Faizin)