Sudah Khatam Qur’an Berapa Kali Ramadhan Ini?

Share :

Pringsewu: Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Kitab suci umat Islam ini diturunkan di bulan Ramadhan sebagai sebuah mu’jizat dari Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW. Sebanyak 6236 ayat yang ada di dalamnya merupakan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya mempertebal keimanan dan kecintaan kepada Al-Qur’an dengan membaca dan mendalami kandungan isinya.

Apalagi di bulan suci Ramadhan yang merupakan bulan mulia di mana segala amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Umat Islam harus mampu memanfaatkan momen Ramadhan untuk menghiasi hari-harinya dengan Al-Qur’an.

Inilah yang disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Husna Pringsewu, Lampung KH Abdul Hamid Al Hafidz saat menjadi pembicara pada Peringatan Nuzulul Qur’an yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu, Lampung di Masjid Miftahul Huda Pengaleman, Ambarawa, Kamis (31/5) malam.

“Sudah khatam Qur’an berapa kali Ramadhan ini?,” tanya Kiai Hamid kepada jamaah seraya menyebutkan sejumlah ulama yang mampu memanfaatkan Ramadhan dengan maksimal mengkatamkan Al-Qur’an.

Imam Abu Hanifah R.A terangnya mampu mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6000 kali dalam hidupnya. Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali. Dan Imam Qatadah biasanya mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malam.

Selain membaca Al-Qur’an, umat Islam juga harus senantiasa menggali dan memahami isi kandungan Al-Qur’an dengan cara yang benar. Ia menjelaskan pentingnya memahami Al-Qur’an dengan belajar secara benar tidak asal menafsirkan Al-Qur’an dengan bermodalkan akal dan Al-Qur’an terjemah saja.

“Mari pahami Al-Qur’an secara kontekstual. Jangan pahami secara tekstual. Ayat Al-Qur’an berhubungan satu dengan lainnya dan memiliki asbabun nuzul (sebab-sebab turun) masing-masing dan berpengaruh pada maksudnya,” terang kiai muda yang hafidz Al-Qur’an ini.

Selain Al-Qur’an, pemahaman kontekstual juga harus diaplikasikan dalam memahami hadits Nabi. Ia mencontohkan hadits tentang bid’ah yang sering diartikan dengan tidak tepat oleh sebagian orang.

“Yang dimaksud dengan kullu dalam hadits ini adalah setiap bid’ah yang buruk. Bukan berarti seluruhnya tapi sebagian,” jelasnya dengan memaparkan berbagai kaidah bahasa dan berbagai dalil terkait hadits ini.

Oleh karenanya ia mengajak seluruh umat Islam untuk terus belajar mendalami makna dan maksud dari Al-Qur’an terlebih menghafalkannya.

“Dalam menghafalkanpun harus dengan benar. Jangan hanya senang menghafal saja namun harus dilandasi dengan ilmu dan guru yang sanadnya jelas. Karena sekarang juga sudah mulai banyak berdiri rumah-rumah tahfidz yang masyarakat harus selektif memilih kualitas dan paham keilmuannya,” pungkasnya. (Muhammad Faizin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *