Bandar Lampung: Lampung merupakan peringkat ketiga tingkat Sumatera. Salah satu penyebabnya adalah masih adanya jaringan yang belum terputus, termasuk mereka yang sudah masuk sel, masih leluasa mengedarkan narkoba.
“Kita harus bisa memutus peredaran narkoba, terutama mereka yang berada di LP. Salah satunya adalah memutus jaringan komunikasi dari dalam LP. Karena diprediksi peredaran narkoba yang dilakukan dibalik LP sebanya 100-200 juta perhari,” ujar Kompol Heriyanto, Kasat Binmas Polresta Bandar Lampung pada saat menyampaikan materi dalam kegiatan Pelatihan dan Penguatan Internal Pengurus Ganas Annar MUI Kota Bandar Lampung periode 2018-3022 dengan tema Membangun Sinergi dan Meningkatkan Profesionalitas dalam Rangka Mewujudkan Lampung Bersih Narkoba di Aula Rektorat kampus IBI Darmajaya, Senin (7/5/2018).
Ia juga menjelaskan bahwa bisnis narkoba merupakan bisnis yang menggiurkan karena barangnya kecil tapi keuntungannya besar.
“Semakin kita giat mencegah dan menangani penyalahgunaan narkoba, mereka juga gencar mengedarkan narkoba di kalangan masyarakat. Karenanya, kita kesulitan untuk mengungkapnya,” ungkapnya.
Karena itu, ia berharap, kerjasama masyakarat yang baik akan mampu memutus dan meminimalisir peredaran narkoba. “Kami siap untuk bergerak dalam upaya mencegah peredaran narkoba. Jika Ganas Annar bergerak dengan berbagai kegiatan, kami siap bekerjasama,” ujarnya.
Termasuk juga harus diantisipasi peredaran lem aibon yang kerap dipakai anak-anak secara berjamaah. Padahal, menghirup lem aibon selain merusak saraf otak, namun juga menyebabkan seseorang menjadi ideot.
“Jika tidak bisa diantisipasi peredaran lem aibon, kita tutup saja pabriknya,” ujarnya yang disambut tepuk tangan oleh peserta pelatihan.
Ia juga menghimbau masyarakat yang sudah masuk dalam lingkaran penyalahgunaan narkoba, bisa direhabilitasi, asalkan tidak ada barang bukti, dan bukan bandar serta DPO.
“Sebab di Lampung pada tahun 2017, mendapat anggaran sebanyak 2000 orang pemakai yang bisa direhabilitasi. Namun sayangnya, tidak terserap semuanya karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat Lampung,” katanya. (Abdul Qodir Zaelani)