Bandar Lampung: Teknologi kini berkembang pesat sekali bagai desingan peluru yang sulit untuk dihentikan. Tidak ada batasan siapa saja pengguna teknologi. Semua dituntut untuk bisa menggunakan agar tidak tertinggal oleh jaman yang semakin modern. Perkembangan teknologi semakin terasa sekali saat memasuki abad 21. Oleh karena itu, generasi yang terlahir pada abad 21 disebut sebagai generasi millenial. Tak heran, jika kini anak-anak sudah banyak yang memiliki gadged meskipun usianya terbilang masih belum pantas untuk memiliki.
Manfaat teknologi begitu luas karena ia dapat membantu mempermudah urusan kehidupan. Namun, jika tidak dapat mengendalikan dalam penggunaannya maka akan jadi bumerang untuk diri sendiri bahkan orang lain. Tak jarang kini banyak sekali kasus anak-anak melakukan tindakan kriminal karna modal belajar melalui gadged. Rela membolos sekolah demi mengejar level sebuah game, rela mencuri demi membeli paket internet dan masih banyak perbuatan buruk lainnya akibat gadged. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi perbuatan yang tidak diinginkan PC LDII Sukarame mengadakan program Tahfidzul Quran dengan metode halaqoh.
Program ini berdiri sejak Agustus 2016 yang diikuti oleh anak mulai usia paud sampai perguruan tinggi. Jumlah santri aktif kini mencapai 45 orang, dan program ini sudah mampu meluluskan beberapa santri yang kini berlanjut di Pondok Pesantren.
“Saya sama sekali tidak terganggu dengan program ini. Malah semakin membuat saya disiplin mengatur waktu antara hafalan, sekolah, dan aktifitas lainnya”. Tutur Qonita santriwati yang sudah sejak awal mengikuti program ini.
“Sejak mengikuti Tahfidzul Quran prestasi saya semakin meningkat, bahkan saya mampu mengikuti kompetisi sampai ajang nasional. Nggak cuma itu, saya juga diterima di PTN yang cukup bergengsi di Lampung”. Tambah Qonita
Program yang sudah aktif hampir 2 tahun telah melahirkan beberapa hafidz quran yang mengagumkan. Salah satunya Zahran, anak usia 10 tahun yang kini sudah mampu menghafal 4 juz.
“Saya seneng ikut Tahfidz quran, jadi nggal terlalu banyak main. Waktunya dipakai buat hafalan dan ngerjain tugas sekolah. Dulu sebelum ikut program tahfidz saya cuma bisa hafal 1 bari perhari sekarang bisa sampai 6 baris perhari”. Jelas Zahran (Asih)