Dekan FS UIN Raden Intan Ajak Masyarakat Hidupkan Nilai dan Jiwa Kesantrian

Share :

Bandar Lampung: Hari Santri Nasional yang telah ditetapkan pada tanggal 22 Oktober berdasarkan Keputusan Presiden No 22 Tahun 2015 telah memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali UIN Raden Intan Lampung. Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, UIN Raden Intan Lampung, menggelar apel bersama di halaman Rektorat pada Senin (23/10/17) pagi. Sebelumnya, Rektor UIN Raden intan Lampung telah menghimbau melalui surat edaran agar sivitas akademika agar menggunakan atribut santri, salah satunya bersarung baik untuk laki-laki dan perempuan.

Himbauan Rektor mendapatkan respon yang sangat baik dari dosen maupun mahasiswa, terbukti dengan terlihatnya para dosen dan sebagian besar mahasiswa yang menggunakan sarung di kampus UIN raden intan Lampung pada hari Senin lalu.

Tanggapan dan respon yang baik juga diberikan Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung, Dr. Alamsyah M. Ag. Ia menilai berpakaian ala santri merupakan kegiatan pertama kali di UIN Raden Intan Lampung dan itu merupakan hal yang baik dan positif.

Menurutnya, menggunakan pakaian ala santi ini merupakan hal yang baik dan dapat dimanfaatkan untuk mengapresiasi budaya dan daerah dengan memadukan atribut santri dengan pakaian daerah.

“Ke depannya jika kegiatan ini berjalan, kita tidak hanya akan menggunakan sarung dan baju koko saja tetapi bisa dipadukan dengan pakaian adat juga, tetap menggunakan sarung tetapi mungkin baju dan peci bisa menggunakan pakaian adatnya masing-masing,” ujarnya dengan antusias.
Menurutny juga memperingati hari santri berarti menerapkan ahlak santri dan kebiasaan-kebiasaan santri yang baik. Cotohnya kebiasaan santri adalah tidur larut malam atau begadang di malam hari untuk membaca buku dan kitab atau mengulang pelajaran, seperti inilah hal yang perlu ditiru bukan hanya meniru dalam berpakaian saja tanpa melihat nilai-nilai positif yang harus diambil sebagai pelajaran.

Kebanyakan orang lain, masih menurutnya, tidak mengerti makna hari santri itu seperti apa selain dengan sarung, koko dan peci saja. Jika hanya sekedar sarung dan peci saja untuk memperingati hari santri maka itu hanya sebuah simbol semata untuk mengenang para kiyai dan tokoh pembesar agama terdahulu yang memang kesehariannya dengan mengenakan sarung, tetapi melupakan hal penting dalam peringatan tersebut yaitu akhlak seorang santri.

“Santri mempunyai jiwa kesederhanaan yang bagus untuk kita tiru, sekali lagi, kita memperingati hari santri bukan hanya berpakaian ala santri saja tetapi nilai-nilai dan jiwa kesantrian yang perlu kita hidupkan dalam diri kita, salah satunya yaitu jiwa santri yang sederhana,” pungkasnya. (Ria Rhithiani/Abdul Qodir Zaelani)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *