Bandar Lampung: Pengurus Rayon (PR) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ushuluddin Komisariat Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung menggelar diskusi rabuan di halaman rektorat kampus setempat, Rabu (25/10/2017) sore. Diskusi rabuan kali ini membahas tentang jurnalistik. Diikuti 33 peserta dan beberapa pengurus Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Ushuludin, diskusi ini berjalan sangat khidmat.
Pemateri Erzal Syahreza Aswir mengatakan menulis merupakan pekerjaan yang membutuhkan praktik. Kader Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Lampung ini menegaskna bahwa menulis harus selalu dipraktikkan. “Kalau belajar menulis tanpa praktik, ya jadi wacana,” kata kader PMII Komisariat Universitas Lampung ini.
Selain itu, untuk menulis ala berita jurnalistik, Erzal menjelaskan hanya membutuhkan 5w + 1 H. Unsur 5w + 1H itu terletak pada awal paragraf. Karena pada dasarnya berita berbentuk piramida terbalik, yaitu berita utama ada di awal dan selebihnya pelengkap. “Biasa disebut Lead atau teras berita, isinya sudah mewakili keseluruhan,” ujar pria keturunan Solo itu.
Setelah teras berita, ada tubuh berita. Pada tubuh berita, kata Erzal lebih menjelaskan tentang teras berita. Tubuh berita berisi rincian dari apa yang ditulis pada teras. “Ini lebih kepada pengembangan berita,” kata alumni SMKN 3 Metro ini.
Selanjutnya, Erzal menjelaskan mengenai penutup berita. Penutup berita ada pada bagian akhir yang berisi keterangan-keterangan tambahan. Keterangan tambahan tersebut tidak boleh melenceng dari pembahasan tubuh berita. “Hanya bersifat melengkapi,” kata pria kelahiran Lampung Timur ini.
Erzal berpesan kepada seluruh peserta untuk selalu mencoba. Ia mengatakan menulis tak perlu berfikir baik dan buruk tulisan. Menulis pada dasarnya akan bisa jika sudah terbiasa. “Ilmu itu akan mengikuti, asal tekun saja,” kata dia.
Sementara Ketua Rayon PMII Ushuludin Fuad Syahroni mengatakan diskusi jurnalistik digelar untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan anggota. Ia berharap seluruh peserta mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat. “Semangat menulis harus dibangun sejak dini,” kata Fuad. (Dwi Nanda Jhosi Putri)