Kesadaran akan Dekatnya Allah Munculkan Kerendahan Hati

Share :

Pringsewu: Kita harus menyadari bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini tidak luput dari pengawasan Allah SWT. Apa yang dilakukan baik dzahir maupun batin, dalam kondisi ramai maupun senyap, Allah melihat dan dekat dengan kita. Sangat dekatnya Allah SWT dengan kita sampai-sampai kita tidak bisa melihatnya.

Demikian penjelasan Mustasyar PCNU Kabupaten Pringsewu KH Anwar Zuhdi saat menyampaikan maqalah Imam Al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah di depan Jamaah Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Gedung NU Pringsewu, Ahad (15/10).

Abah Anwar menjelaskan, orang yang menyadari bahwa Allah-lah Yang Maha Kuasa atas segala hidupnya dan merasa Allah terus melihatnya, maka orang tersebut akan memiliki hati yang lembut.

“Orang yang tahu semua gerakannya dilihat oleh Allah akan tertanam tata krama yang mulia dan rendah hati dalam dirinya,” jelasnya.

Ia mengibaratkan keyakinan kita akan adanya Allah adalah seperti kita meyakini tentang kebenaran orang tua kita adalah benar-benar orang tua kita. “Apa kita tahu bahwa orang tua kita adalah benar-benar orang tua biologis kita? Kita hanya tahu dan yakin dari katanya dan katanya. Begitulah keyakinan kita,” ujar Abah Anwar.

Lebih lanjut Ia mengutip penjelasan Sahabat Abu Bakar As Shidiq yang menjelaskan bahwa Allah SWT berada diatas kita. “Kita ini dikelilingi oleh Hawa disebelah kiri, Nafsu disebelah kanan, cinta dunia dibelakang kita dan Iblis ada didepan kita. Sementara Allah adalah Nur yang ada diatas kita,” katanya.

Menurutnya Iblis adalah makhluk Allah yang awalnya adalah Malaikat paling pintar dan sholeh. Namun karena kesombongannya, Iblis diturunkan ke bumi bersama manusia.

“Iblis terus merayu manusia untuk mengikutinya. Iblis sangat pintar dalam mengarahkan manusia melakukan apa yang diinginkannya. Semisal mereka tetap mengajak untuk beribadah namun niatan dalam hati bukan karena Allah tapi karena yang lainnya,” katanya.

Iblis selalu mengajak manusia untuk menggunakan nafsu diatas segalanya karena menurutnya perkara-perkara yang baik tidak disenangi oleh nafsu dan sebaliknya perkara yang tidak baiklah yang disenangi oleh nafsu. (Muhammad Faizin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *