Bandar Lampung: Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kota Bandar Lampung mengawali agenda pasca ramadhan dengan menggelar halal bi halal, Minggu (9/7/2017) di kerumah Ketua PC Fatayat NU Kota Bandar Lampung Jl. Sultan Agung Gg. M. Bangsawan No 22 C. Sepang Jaya Labuhan Ratu Bandar Lampung.
“Halal bi halal PC dan PAC Se-Kota Bandar Lampung ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengeratkan silaturahim yang bertepatan dengan momentum Idul Fitri / bulan syawal,” kata Ika Kartika, S.Pd.I Ketua PC Fatayat NU Kota Bandar Lampung.
Ika Kartika, S.Pd.I juga berharap pengurus Fatayat NU Kota Bandar Lampung tus semangat dan menjaga solidaritas serta melestarikan paham Aswaja.
Senada dengan hal tersebut Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH Ketua Umum MUI Lampung dalam tausiahnya menjelaskan tentang istilah halal bi halal.
Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH mengatakan bahwa tradisi halal bi halal mulanya dari tradisi budaya masyarakat Indonesia, kalau di negara-negara luar dahulu setelah sholat idul fitri sama seperti sholat jum’at selesai ya sudah selanjutnya melakukan aktivitas seperti biasanya, berbeda dengan di Indonesia.
Perspektif sejarah yang harus kita ketahui tentang halal bi halal mulanya atas permintaan Presiden Soekarno kepada tokoh Nahdlatul Ulama KH. Abdul Wahab Hasbullah ketika keadaan politik dinegeri ini sedang tidak stabil atau gaduh.
“Sejarah mencatat ketika Indonesia berhasil merebut kemerdekaan, Indonesia mengalami kegaduhan pada tahun 1948 antar tokoh politik yang membuat presiden Soekarno menemui KH. Abdul Wahab Hasbullah di bulan ramadhan untuk meminta pendapatnya dalam mengatasi kegaduhan. Lalu KH. Abdul Wahab Hasbullah menyarankan kepada Presiden Soekarno untuk menggelar silaturrahim karena sebentar lagi akan mendekati hari raya idul fitri umat Islam disunnahkan untuk bersilaturrahim. Lalu Soekarno mengatakan silaturrahim itu hal yang biasa, adakah istilah yang lain? KH. Abdul Wahab Hasbullah menjelaskan makna silaturrahim,” kata Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH dihadapan kader PAC dan PC Fatayat NU Kota Bandar Lampung.
Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH melanjutkan penjelasan istilah halal bi halal, pada saat itu tokoh politik tidak mau bersatu karena mereka saling menyalahkan, itu perbuatan dosa supaya tidak berdosa maka harus dihalalkan, mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan sehingga saling menghalalkan. Maka dalam silaturrahim nanti dapat kita gunakan istilah halal bi halal kata KH. Abdul Wahab Hasbullah. Kemudian Presiden Soekarno mengajak seluruh instansi dan masyarakat untuk menghadiri halal bi halal. Sejak itulah halal bi halal menjadi suatu tradisi budaya Indonesia yang terus dilestarikan hingga saat ini.
Dari sekilas penjelasan istilah halal bi halal tersebut Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH mengajak kepada kader Fatayat NU Kota Bandar Lampung untuk berus berkarya nyata bukan hanya berwacana. Kader Fatayat NU Kota Bandar Lampung harus menunjukan ide dan gagasan mulai saat ini sehingga karya nyatanya bisa abadi dikenang seperti ide KH. Abdul Wahab Hasbullah. Saya sangat apresiasi ketika kader-kader memiliki terobosan seperti AkuNU, dan Kopi AkuNU di Lampung ini sebuah hal yang bisa dibanggakan.
“Mudah-mudahan kedepan Fatayat NU Kota Bandar Lampung dapat berkarya seperti Ansor apabila ada karya seperti AkuNU dan Kopi AkuNU saya siap menjadi pembeli pertama,” tutur Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH yang di aamiinkan oleh para kader Fatayat NU Kota Bandar Lampung. (Rudi Santoso)