Bandar Lampung: Puluhan tahun silam, Nahdlatul Ulama (NU) beserta badan otonomnya seperti GP Ansor yang mengelola pasukan khusus Barisan Ansor Serbaguna (Banser) telah melawan neo liberalisme dan neo kapitalisme.
“Bahkan sebelum berdirinya NU pada 1926, ulama-ulama kami telah berbuat dan berkarya nyata mengajak masyarakat untuk memiliki ilmu tauhid, mengunakan akal dengan mendirikan pesantren-pesantren hingga mendorong kemandirian masyarakat,” ujar Kepala Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser Kecamatan Tanjung Karang Barat, Heru Zuliyanto, di Bandar Lampung, Senin (17/4/2017).
Kiprah nyata itu, lanjut dia, telah menjadi sejarah jelas. Bukan sekedar kecemasan berlebihan neo liberalisme akan membuat politik hanya sebagai alat perpanjangan dalam perluasan pasar di Indonesia dan menyulap manusia menjadi mahkluk ekonomi semata.
“Silakan buka sejarah. Tiga cikal bakal NU, Nahdlatul Wathan (1914) berorientasi pada kebangkitan berbangsa dan bernegara yang merdeka, bebas dari pengaruh penjajahan. Tashwirul Afkar (1918) berorientasi pada duni pendidikan dan ilmu pengetahuan, lalu Nahdlatut Tujjar (1918) berorientasi pada pengembangan ekonomi ummat. NU selalu menjadi solusi bagi Indonesia. Dari politik hingga ekonomi,” papar Heru.
Heru mengajak, umat Islam untuk mengimani Al Quran sehingga tak perlu takut kekuatan neo liberalisme mampu memanipulasi pikiran manusia.
Ia menambahkan, manusia memiliki potensi aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran. Al-qur’an surat An-Nahl ayat 78 menegaskan: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
“Satu tafsirnya, manusia mempunyai perangkat hidup yang lain sehingga dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki dan materi lainnya dibutuhkan. Bahkan dapat pula memilih mana yang terbaik untuk meninggalkan yang jelek,” kata Heru lagi.
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Artha Buana Metro (ABM) di Kelurahan Purwosari Kecamatan Metro Utara yang dimiliki Pimpinan Cabang NU Kota Metro, imbuh Heru, adalah contoh nyata bagaimana NU menjadi solusi terhadap persoalan ekonomi.
BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.
Sejak berdiri empat tahun lalu, ABM telah mempunyai dua cabang, di Metro Barat dan Kabupaten Pringsewu. Asetnya saat ini sekitar Rp13 miliar.
“Itu penegasan jika NU berakal dalam menyikapi masalah. Bukan hanya pandai melempar isu dan wacana stand up comedy. Kami percaya pada Al Quran yang menegaskan manusia mempunyai potensi aqliyah. Itu yang membuat kami tidak cemas dengan isu neo liberalisme dan neo kapitalisme. NU, Ansor, Banser bergerak melaksanakan Islam, bukan sekedar pamer simbol dan memberi kecemasan masyarakat,” pungkas Heru. (Erli Badra)