Idul Fitri Sebagai Jembatan untuk Pensucian Diri
Oleh :
Drs. H. Muhammad Musta’in, S.Pd, M.Ag
Ketua Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Pringsewu
الخطبة الأولى
اللهُ أَكْبَرُ «تسعا»، الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ الَّذِى وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا وَتَدْبِيْرًا، نَحْمَدُهُ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِهِ حَمْدًا كَثِيْرًا،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمٍ كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، بَعَثَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَخَلِيْلِكَ مُحَمَّدٍ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَصَلِّ عَلَيْهِ مَا لاَحَتِ اْلأَنْوَارُ، وَغَرَّدَتِ اْلأَطْيَارُ، وَأَوْرَقَتِ اْلأَشْجَارُ، وَأَيْنَعَتِ الثِّمَارُ،وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَـيَاأَيُّهَا النَّاس اتَّقُوا اللَّهَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَفْضَلَكُمْ بِالْفَضَائِلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنَ اْلأُمَّةِ المَأمُوْرَةِ بِصِلَةِ اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى : وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin wal Mukminin Rahimakumullah…
Seiring gemuruh lantunan suara gema takbir yang mengagungkan asma Allah, tahmid memuji kebesaran Allah, dan tahlil mengesakan zat Allah. Telah dikumandangkan oleh umat islam di seluruh penjuru negeri sejak tenggelamnya matahari diufuk barat diawal bulan syawal, sebagai pertanda bahwa hari raya telah tiba, patut kiranya kita bersama-sama mewujudkan rasa bahagia itu dalam bentuk rasa syukur kehadhirat Allah SWT, berupa peningkatan iman dan taqwa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dalam pengertian yang sebenarnya, yakni berjuang dengan segenap kemampuan untuk mengerjakan segenap perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya yang kita ketahui.
اِمْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابُ نَوَاهِيْهِ
“ Mengikuti dan melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan-larangan-Nya.”
Dengan bekal iman dan taqwa itulah yang akan mampu menghantarkan kita untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia, terlebih kehidupan di akherat kelak.
اللهُ أَكْبَرُ 3× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Di pagi yang cerah dan suasana ceria nan bahagia ini, dihari raya idul fitri 1 syawal 1436 H merupakan momentum yang baik, waktu yang tepat untuk kita semua bertafakkur sambil beriktikaf mengingat akan kekuasaan Allah, kebesaran Allah dan Keperkasaan Allah SWT. Dia ciptakan langit dan bumi berserta isinya, Dia ciptakan makhluk penghuni dunia, Dia atur alam semesta dengan cermatnya, Dia beri rezeki pada semua makhluknya tak peduli beriman ataupun tidak beriman kepadaNya.
Dengan kasih dan sayangNya, Allah sediakan apa yang ada di muka bumi ini untuk manusia. Amat mudah bagi Allah untuk mengendalikan semua itu, sehingga semua berjalan sesuai dengan rencana Allah. Tanpa ada yang mampu menghalanginya. Jika Allah menghendaki sesuatu terjadi maka pasti akan terjadi tanpa ada yang mampu menggagalkannya, demikian pula jika Allah tidak menghendaki sesuatu terjadi maka tidak ada satupun yang dapat menyebabkan hal itu terjadi. Oleh karena itu, sangat wajar dan pantas bila di hari ini kita selalu dengungkan takbir, tahmid, dan tahlil yang tiada henti-hentinya.
اللهُ أَكْبَرُ 3× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin wal Mukminin Rahimakumullah…
Marilah kita bersama merenung sejenak akan sesuatu yang ada pada diri kita, rizki yang diberikan Allah, wajah yang cantik dan tampan, harta kekayaan, banyaknya saudara dan teman sepermainan, relasi dagang, ilmu pengetahuan, kepandaian, pangkat dan jabatan, pekerjaan dan sebagainya. Terlebih lagi usia yang kita miliki sampai sekarang ini, sudahkah itu semua kita manfaatkan sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah SWT?. Sudahkan umur yang kita miliki digunakan untuk jalan-jalan yang di ridhai Allah SWT? sudahkah kita beribadah dengan ikhlas kepada Allah SWT ?
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Sudahkah kita mengamalkan ilmu yang kita miliki, sudahkah kita banyak berbuat baik pada sesama manusia ? Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menghadap Allah bila sewaktu-waktu ajal menjemput kita. Jawaban semua itu kembali kepada diri kita masing-masing.
Ma’asyiral Muslimin wal Mukminin Rahimakumullah…
Alangkah berbahagianya orang-orang yang memanfaatkan umurnya dengan sesuatu yang terbaik di sepanjang bulan ramadhan yang baru saja kita lalui. Ia lakukan puasa dengan sempurna, ia tahan hawa nafsu, ia kekang lapar dan dahaga, ia perbanyak shalat sunnah, ia perbanyak membaca dan mengkaji Al Quran, ia perbanyak memperdalam ilmu agama, ia curahkan segenap tenaganya demi syiar agama, ia isi waktu-waktunya dengan amal shaleh lainnya. Bila itu semua merupakan bagian yang juga kita lakukan, mari kita sandarkan dan kita serahkan balasannya pada Allah semata. Hakikatnya, kekuatan kita dalam melakukan itu semua hanyalah anugerah Allah semata, bukan karena kekuatan kita.
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّى . وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
Sungguh amat berbahagia orang yang mensucikan dirinya dan mengingat nama Tuhannya serta melakukan shalat. (QS. Al a’la : 14 -15).
اللهُ أَكْبَرُ 3× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin wal Mukminin Rahimakumullah…
Agama islam merupakan agama universal yang diturunkan Allah kepada nabi Muhamad saw, didalamnya terdapat ajaran yang terkandung maksud untuk mensucikan manusia sehingga mampu menampilkan sifat-sifat kemanusiaannya (humanisme). Ajaran tersebut terkandung didalam 5 sendi pokok yang ada didalam rukun islam, yaitu:
DUA KALIMAH SYAHADAT : dimaksudkan untuk mensucikan akidah manusia, membersihkan diri dari kemusyrikan, serta meniadakan pengabdian kepada selain Allah.
IBADAH SHALAT : dimaksudkan untuk mensucikan jiwa agar senantiasa selalu ingat pada Allah
”Tegakkanlah shalat untuk mengingatku”)
dan juga shalat dimaksudkan untuk mensucikan perbuatan kita dari yang Fakhsya’ (perbuatan tidak baik yang dampaknya hanya pada diri sendiri) dan Munkar (perbuatan tidak baik yang memberikan dampak buruk pada orang lain).
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
IBADAH PUASA (SHAUM) : terkandung maksud untuk mensucikan rohani kita melalui pengendalian hawa nafsu serta menundukkannya pada perintah Allah menuju pendakian tingkat ketaqwaan yang tinggi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
IBADAH ZAKAT : dimaksudkan untuk mensucikan harta kita, agar kita senentiasa tergerak untuk mempunyai solidaritas sosial yang tinggi. Demikian pula IBADAH HAJI adalah untuk mensucikan seluruh kehidupan kita dengan mengarahkan perjalananannya menuju Allah swt.
اللهُ أَكْبَرُ 3× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Oleh karena itu belum sempurna keislaman kita bila syahadat yang senantiasa kita baca dalam shalat belum dapat melepaskan diri dari pengabdian kepada benda, pengabdian kepada manusia, dan pengabdian kepada selain Allah.
Belum benar shalat yang kita kerjakan manakala perbuatan yang kita lakukan diluar shalat masih belum mampu menghindar dari perbuatan Fakhsya dan munkar, masih suka berbuat aniaya terhadap sesama, berbuat dhalim, berlaku sewenang-wenang, menindas, menganggap diri paling hebat, paling pandai, paling terhormat dan sebagainya.
Belum sempurna puasa yang kita lakukan, bila usai bulan ramadhan ia lepaskan hawa nafsu makan, minum, dan kegemaran lainnya secara berlebih-lebihan. Belum diterima puasanya bila zakatnya belum dikeluarkan.
صَوْمُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَا يَرْفَعُ إِلَّا بِزَكَاةِ اْلفِطْرِ
Pahala puasa ramadhan masih tergantung diantara langit dan bumi serta belum diangkat (menghadap Allah) kecuali telah dibayarkan zakat fithrahnya.
Begitu pula dengan ibadah haji, belumlah pantas menyandang haji yang mabrur bila dirinya belum mampu menghilangkan sifat-sifat yang tidak baik: bakhil, kikir, serakah, serta masih mau melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Allah baik secara sembunyi lebih-lebih bila dilakukan secara terang-terangan.
اللهُ أَكْبَرُ 3× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Sudah puluhan lebaran kita lalui, sebanyak bulan ramadhan kita alami. Sering hari raya menjadi tonggak penting bagi kehidupan kita, menjadi peristiwa yang berharga. Setiap idul fitri yang menghampiri selalu membawa kisah suka dan terkadang duka. Dalam kesempatan ini mari kita renungkan kembali akan idul fithri yang telah kita lewati.
Kita pernah mengalami hari raya, ketika kita sedang dirundung malang, ditimpa kedukaan, diuji dengan kepedihan dan kesusahan, diliputi penderitaan, itupun kita masih juga sempat lupa mengingat Allah.
Di kesempatan yang lain bisa jadi, hari raya datang saat-saat kita memperoleh keberuntungan, dipenuhi suasana ceria dan membahagiakan, dengan aneka ragam busana disandangnya, sanak saudara ada disekitar kita, para tetangga mengunjungi kita, orangtua dengan kasih sayangnya membelai anak-anaknya, dimanja dengan berbagai kenikmatan hidup, usaha memperoleh hasil yang memuaskan, namun tetap saja kita lalai untuk mengingat Allah.
Ma’asyiral Muslimin wal Mukminin Rahimakumullah…
Akan tetapi ada satu hal yang tidak pernah berubah setiap kali datang idul fithri yaitu Masih ada saja sanak saudara kita, karib kerabat, orangtua, sahabat-sahabat kita, yang tidak berkumpul bersama kita untuk merayakannya. Bisa jadi mereka sedang di perantauan yang kesulitan mengunjungi kita, mereka sedang terbaring sakit dalam perawatan yang panjang, atau mereka sedang dalam kesusahan yang lain.
Dan ada juga mereka yang tidak ikut mempersiapkan hari raya, mereka tidak ikut memeriahkannya, mereka tidak ikut mengumandangkan suara takbir, mereka tidak ikut melaksanakan shalat ‘id bersama kita, tidak dapat melihat suasana ceria diwajah mereka. Bahkan mungkin tak dapat kita mengulurkan tangan memohon maaf pada mereka. Tak bisa kita kirimkan bingkisan lebaran buat mereka. Siapakah mereka…..?!? Mereka adalah orang-orang yang telah mendahului kita di alam baka.
Namun Hadirin Rahimakumullah……… apabila kedua orang tua kita sudah tiada, bukan berarti kita tidak bisa menebus kesalahan kita kepada mereka. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa apabila seseorang yang kedua orangtuanya sudah meninggal dunia sedang ia mendurhakainya, kemudian ia sering mendoakan dan meminta ampunan untuknya, maka dengan sebab itu ia digolongkan sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Oleh karena itu, sekiranya ada waktu luang, kunjungilah makam orang tua, lihatlah ia. Tergolek didalam kubur tak berdaya, memohon belas kasihan do’a dari anak dan keluarganya. Ia pasti akan tersenyum ketika ada yang mendatangi dan mendoakannya. Tentunya ia akan sedih jika penghuni kubur yang lain dikirim do’a sementara ia tidak ada satupun yang mengunjunginya.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Melalui khutbah ini pula, mari, selagi kita masih diberi umur panjang, kita jadikan momentum Idulfitri ini untuk dapat berbakti kepada orang tua baik mereka masih ada maupun sudah tiada. Marilah kita senantiasa mendekatkan diri, taqorrub kepada Allah SWT dimanapun kita berada. Marilah kita membina persahabatan kepada semua dengan penuh kasih sayang. Pererat batin antara kita agar tercipta suasana yang marhamah penuh cinta dan kasih sayang.
Oleh karena itu marilah setelah shalat id ini kita laksanakan, kita saling ulurkan tangan kepada keluarga, tetangga, sahabat dan segenap orang yang bergaul dengan kita. Untaikan kalimat maaf kepada mereka semua seraya membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi mereka. Allah tidak akan mengampuni apabila ada 2 orang yang saling bersalah namun tidak saling memaafkan. Melalui puasa bulan Ramadhan, dosa kita kepada Allah diampuni. Sementara dengan Hari Raya Idul Fitri kita diberi kesempatan untuk menghapus dosa kita kepada sesama manusia.
Ma’asyiral Muslimin wal Mukminin Rahimakumullah…
Pada kesempatan ini pula marilah kita bertaubat kepada Allah SWT. Kita telah banyak melakukan kemungkaran, perbuatan maksiat, lalai atas perintah Allah, banyak berbuat dosa, melanggar ketentuan Allah, serta sedang merayakan hari raya pada tahun ini, mari segera bertaubat, kembali pada fithrah kita sebelum maut menjemput kita. Mari kita perbaiki cara hidup kita dalam beragama, kita perbaiki cara ibadah kita yang salah, kita tingkatkan ilmu dan ibadah kita yang memang sudah benar. Allah senantiasa mengampuni hamba-nya yang memohon ampunan. Dan Allah senantiasa membuka pintu taubat-Nya. Jangan ditunda-tunda, jangan pula punya anggapan bahwa tahun depan kita masih berjumpa dengan hari raya, tak ada jaminan hidup kita masih bisa sampai esok hari.
اللهُ أَكْبَرُ 3× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Akhirnya marilah kita cermati hadist nabi:
اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ يَصِيْحُ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ يَا سَيِّدَناَ مَنْ اَغْضَبَكَ اِناَّ نَكَسِّرُهُ. فَيَقُوْلُ : لاَ شَيْءَ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى غَفَرَ لِهَذِهِ اْلأ مَّةِ فِيْ هذَا الْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ تَشْغَلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ وَالشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حَتَّى يَبْغَضَهُمُ الله
”Sesungguhnya iblis itu berteriak keras pada tiap hari raya, lalu anak buahnya berkumpul dan bertanya: hai tuanku..!! siapa yang menyebabkan engkau demikian marah, sungguh aku akan hancurkan ia ?!? iblis menjawab: tidak ada, hanya Allah telah mengampuni umat ini di hari ini. Maka haruslah engkau sibukkan mereka dengan kenikmatan dan kesenangan, memperturutkan hawa nafsu mereka, dan minum-minum khamr sehingga Allah marah pada mereka”.
Ma’asyiral Muslimin wal Mukminin Rahimakumullah…
Mari kita rayakan hari idul fithri ini dengan sesuatu yang bermanfaat, diantaranya adalah dengan melakukan aktifitas berikut ini:
- Halal bihalal dengan sesama muslim, saling meminta dan memberikan maaf antara istri dan suami, anak terhadap orang tua, siswa terhadap guru-gurunya, santri terhadap ustadz dan kyainya, yang muda terhadap yang tua, dan seterusnya.
- Merajut kembali tali silaturrahmi diantara saudara kita yang sempat terputus.
- Mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk perjalanan panjang yang tanpa batas pada kehidupan di alam akherat.
- Segera bertaubat dan berbuat yang terbaik, karena pada hakekatnya kebaikan yang kita lakukan akan kembali untuk diri sendiri.
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”
(Al-Isra’ 7)
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Demikianlah Khutbah Idul Fitri ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan marilah kita berdo’a semoga segala amal ibadah kita diterima Allah SWT dan memasuki Idul Fitri ini kita akan kembali fitri bagi bayi yang baru terlahir kembali. Amin yaa.. rabbal Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ