Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA : Konvergensi Keagamaan Telah Terjadi Di Indonesia

Share :

Bandar Lampung: Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A mengatakan bahwa Dakwah Islam Wasathiyah merupakan prinsip pokok dakwah dengan cara yang hikmah (bijak, filosofis menyejukkan, mendamaikan dan menentramkan. Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menjadi nara sumber pada Dialog Pencegahan Teroris yang diadakan FKPT Lampung di kampus Unila, Rabu (8/3/2017).

Ditambahkan lagi bahwa cara-cara wasathiyah itu bukan dengan cara marah-marah atau mengandung nuansa politik, “tapi mauidzatil hasan (perbuatan, teladan, dan pengajaran yang baik), dan dengan cara mujadalah (debat dan diskusi) dengan cara yang baik”. tutur anggota Dewan Penasehat MUI Pusat ini.

“Metode dakwah sangat cepat, mulai dakwah bil lisan, bil hal (memberi contoh teladan, perbuatan, dan action), hingga melalui media sosial, online, dan internet”.  sambungnya lagi.

Perlu kedewasaan dalam menyikapi informasi. Jangan cepat terpengaruh, perlu tabayyun tsumma tabayyun; cari klarifikasi, terus cari klarifikasi (penjelasan). Diperlukan pendidikan literasi melalui media elektronik dan sosial. Sering terjadi hoax dan menjadi viral menyebar dengan cepat.

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini selanjutnya memaparkan Dakwah Islam di Indonesia pada dasarnya secara historis sangat damai, melalui modus penyebaran Islam (Islamisasi). Penyebaran pertama secara besar-besaran dimulai pertengahan abad ke 12 sampai 13. Terjadi masifikasi dengan cara damai.

Islam dibawa oleh Wali Songo, berdakwah dalam penganutan Islam secara bersangsur-angsur. Maka terjadi akomodasi lembaga lokal dan tradisi lokal yang dijadikan sebagai tempat dan pengamalan Islam. Maka, Islam melekat dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, budaya, dan lainnya.

Konvergensi keagamaan telah terjadi di Indonesia, merupakan bagian dari ekpresi beragama yang unik di Indonesia. Indonesia adalah negara toleran dan lebih mengutamakan orang lain. Dalam sejarahnya, bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia diterima oleh banyak suku bangsa di Indonesia. Orang jawa yang lebih dominan, tidak memberontak. Hal ini berbeda dengan Belgia, antara mereka memakai bahasa Belanda dan Inggris terjadi pergulatan dan ingin memecahkan diri. Karena sejarah lahirnya negara di Eropa berdarah-darah. (Maskut Candranegara)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *