DEMA FTK Gelar Seminar Ke-Islaman

Share :

Bandar Lampung: Bertempat di ruang seminar lantai 3 gedung rektorat, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung adakan Seminar Islam dan Kebangsaan, Kamis (12/1/2017) dengan menghadirkan dua narasumber, Suryani M Nur akademisi Nahdlatul Ulama Provinsi Lampung dan Letkol Inf. Utten Simbolon, Kasrem 043/Garuda Hitam Lampung.

Muhammad Ali Syaifudin Ketua Dema Fakultas Tarbiyah dan Keguruan mengatakan kegiatan ini dalam upaya meningkatkan eksistensi Dema Fakultas menuju sebuah lembaga yang berkualitas lebih baik menyongsong transformasi status IAIN Raden Intan menjadi UIN Raden Intan di bumi ruwa jurai ini.

Kegiatan yang diikuti lebih dari seratusan mahasiswa tersebut juga dihadiri oleh pejabat Fakultas Tarbiyah dan Gubernur BEM setempat.

Dalam penyampaian makalahnya Suryani yang juga dosen Fisipol Universitas Tulang Bawang Lampung tersebut mengatakan bahwa Islam Nusantara adalah karakter Islam yang ramah, santun, penuh tatakrama, toleran, inklusif dan anti radikal, “Islam yang didakwahkan di Indonesia mengedepankan nilai-nilai toleransi melalui pendekatan budaya yakni merangkul, melestarikan, menghormati budaya / merawat tradisi dan merespon modernisasi, bukan dengan doktrin yang kaku dan radikal,” ungkapnya.

Lebih lanjut Suryani menyampaikan bahwa model Islam Nusantara yang mengedepankan jalan tengah, tawasut, moderat, tidak ekstrim kanan maupun kiri, bisa hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain bahkan bisa menerima demokrasi dengan baik adalah distingsi dalam tradisi dan praktek keislaman, “model Islam seperti ini dibutuhkan oleh masyarakat dunia saat ini sebagai implementasi dan aktualisasi Islam Rahmatan Lil ’alamin” pungkasnya.

Sementara narasumber Utten Simbolon lebih menekankan pada peranan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dalam menanamkan nilai-nilai empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.”

Kita harus siap dan waspada terhadap ancaman-ancaman bangsa baik dari dalam maupun luar negeri termasuk bahaya laten komunis dan pengaruh budaya barat yang merusak moral generasi bangsa,” ujarnya. (Reisitha Sildjian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *