Bandar Lampung: “Forum keilmuan seperti Acara AICIS ini memang harus terus ada di Indonesia” kalimat pembuka dari Habiburrahman El Shirazy saat ditemui di VIV Room GSG IAIN Raden Intan Lampung Selasa lalu (2 November 2016). AICIS ke 16 di kampus IAIN Raden Intan Lampung merupakan AICIS perdana yang dihadiri oleh novelis nasional sekaligus budayawan Indonesia ini.
Menaggapi polemik permasalahan umat muslim di dunia, Habiburrahman El Shirazy berpendapat bahwa semestinya muslim Indonesia harus bisa memberikan kontribusi solusi untuk sesama umat muslim, karena sekarang itu permasalah keislaman banyak sekali. Untuk memberikan solusi tersebut berarti umat muslim di Indonesia harus terlepas dari masalah terlebih dahulu. “Kita harus menyelesaikan masalah dengan baik, menyiapkan segala bekal untuk memberikan kontribusi terbaik salah satu caranya dengan belajar sungguh-sungguh agar nanti keilmuan yang dimiliki bisa diakui oleh dunia.” Ujar Habiburrahman El Shirazy.
Dalam sejarah tercatat bahwa Islam pernah menjadi pusat peradaban dunia, saat itu umat Islam merupakan umat yang paling produktif, paling banyak menulis, sudah lebih maju dalam teknologi. Menjadi penggerak disaat bangsa lain masih tertidur lelap. Karya-karya ilmuan Islam terdahulu banyak dipelajari oleh kaum non muslim dan ilmu-ilmu itu dijadikan pedoman bagi bangsa barat menuju kebangkitan. Tapi sangat disayangkan pada kebangkitan bangsa barat peradaban Islam sedikit demi sedikit hancur dan diambil alih.
“Dari program AICIS ini diharapkan pemuda-pemuda Indonesia masa kini kedepannya dapat menjadi orang-orang yang bisa mendelegasikan Islam, bisa membawa umat Islam lebih baik dari generasi-generasi terdahulu, sehingga bisa membangkitkan kejayaan Islam dan menjadikan peradaban Islam hidup kembali” harap Habiburrahman El Shirazy. (Nur Fatmawati Anwar)