Habiburrahma El-Shirazy: Indonesia Pernah Menjadi Center Ilmu Pengetahuan Islam

Share :

14938300_1120384414675447_922755434958308823_nBandar Lampung: Semarak Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang ke 16 yang dilaksanakan di GSG (Gedung Serba Guna) IAIN Raden Intan pada 1-4 November berlangsung meriah. Tamu udangan maupun peserta begitu antusias dalam mengikuti acara ini. Hadir pula di tengah-tengah  konferensi seorang sastrawan Nasional, yaitu Habiburrahman El-Shirazy atau yang biasa di panggil Kang Abik sebagai salah satu pembicara dalam konferensi pada Rabu (2/11/2016). Ketika turun dari podium, sastrawan yang terkenal dengan novel Ayat-ayat Cintanya ini diburu para peserta dan juga tamu yang ingin berpose bersamanya.

“Kegiatan seperti ini memang harus terus ada di Indonesia, saya rasa hari ini hingga besok dan setelahnya teman-teman di Lampung berpesta intelektual,” katanya.

“Semestinya kita harus bisa memberikan kontribusi solusi, karena tantangan dan permasalahan kan banyak sekali. Kita memang harus bisa memberikan solusi yang terbaik namun kita harus menyelesaikan masalah-masalah kita dengan baik terlebih dahulu supaya dapat memberikan kontribusi yang terbaik. Seperti contohnya ya kalian-kalian ini harus belajar dengan sungguh-sungguh sehingga nanti keilmuan kalian diakui oleh dunia agar kalian kemudian bisa memberikan kontribusi dalam dunia Islam,” lanjutnya sekaligus memberikan arahan kepada mahasiswa yang mengerumuninya.

Habiburrahmah El-Shirazy mengatakan bahwa negara Indonesia dulu pernah menjadi center ilmu pengetahuan. “Sejarah mencatat, dulu semua berkiblat kepada kita, semua mendengarkan kita apapun yang kita ucapkan, mereka mendengarkan. Karena memang betul saat itu adalah kita yang paling produktif, kita yang paling banyak menulis. Kalau sekarang kan kita harus mengakui, kita mau melihat diri kita saja kita harus memakai katanya orang lain. Seolah kita tidak punya cermin,” ujarnya.

Ia pun mengatakan bahwa hal tersebut merupakan problem yang harus dipecahkan.”Itu suatu problem yang semoga kalian anak-anak muda ini nanti kedepan  menjadi orang-orang yang bisa mendelegasikan Islam, menegosiasikan Islam lebih baik dibanding generasi yang terdahulu,” pungkasnya. (Dewie Yulianti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *