Bandar Lampung:“Setiap santri itu ada masanya, tapi tidak setiap masa itu ada santrinya. Kita bersyukur kepada Allah pernah menjadi santri,”ungkap Muhammad Nur, M. Hum., selaku sekretaris Ma’had al-Jami’ah IAIN Raden Intan ketika menyampaikan sambutan di acara baksos dan peresmian ikatan alumni padaMinggu (23/10/16) lalu di asrama putri I.
Acara yang mengusung tema “Dengan Memperingati Hari Santri Nasional, Mari Tebarkan Kasih Sayang Untuk Menciptakan Insan Yang Bertoleran” ini berlangsung dengan khidmat walaupun di luar cuaca sedikit mendung.
Muhammad Nur, M. Hum. dalam sambutannya menyatakan bahwa pesantren itu mandiri, ini menjadi citra bahwa santri itu mandiri dalam segala hal dan hal tersebut memang terbukti. “Hidup di pesantren itu pahit, bangun harus subuh atau sebelum subuh, tidurnya malam, dan hal itu monoton. Kehidupan seperti itu kelihatannya tidak enak. Tapi dibalik ketidakenakan itu, banyak orang yang setelah tamat dari pesantren itu susah ‘MoveOn’ dari pesantren,” ujarnya.
Beliau pun bercerita bahwa dirinya dulu ketika di pesantren pernah dihukum oleh seorang ustadz karena suatu kesalahan yang bukan disebabkan oleh dirinya. “Kita mendapat hukuman dari pesantren itu merupakan kenang-kenangan yang tidak bisa dilupakan. Saya pernah dihukum dipesantren oleh seorang ustadz. Saya dipukul pakai rotan disebabkan oleh kesalahan yang bukan saya lakukan sampai bekas sabetan rotan tersebut membekas di lengan saya. Namun saya tidak marah. Saya tetap ta’dzim dengan ustadz saya dan menyimpan sakit tersebut sampai ke hati,” kata beliau.
Ia pun mengatakan bahwa sesama santri itu memiliki chemistry yang sama.“Kalau kita punya istri orang pondok atau santri, kita tidak perlu mengajari wudhu, sholat dan lain-lain lagi. Jika nanti anak anda ngompol, sudah tidak perlu diberitahu yang ini najis dan lain-lain. Mereka sudah paham, maka ajari hal lain supaya kita dapat pahala di hal lain tersebut. Itulah kelebihan santri,” jelasnya.
“Kalian disini berjuang untuk menuntut ilmu, dirumah orang tua kalian berjuang untuk membiayai kalian, itu saya ingatkan kalian supaya menjadi pengingat untuk tidak menghianati orang tua kalian. Pesan saya kepada anda, anda adalah santri, baik kemarin, sekarang dan nanti. Jadi santri dengan guru itu hubungannya bukan hubungan biasa, saya harap hubungan kita tidak akan pernah musnah,” paparnya. (Dewi Yulianti)