Bukber di Unila, Ketua MUI Lampung Jelaskan Keistimewaan Bulan Ramadhan dan Puasa

Share :

Bandar Lampung: Allah SWT telah menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang memiliki keistimewaan lebih dari bulan-bulan lain. Dibulan Istimewa ini Ummat Islam juga memiliki berbagai macam Ibadah yang memiliki keistimewaan tersendiri seperti Puasa dan Shalat Tarawih.

Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu, baik ruang dan waktu, masing-masing memiliki keistimewaan. Ada waktu yang sangat istimewa pada waktu 24 jam dalam sehari yakni pada sepetiga malam terakhir untuk memanjatkan doa di waktu mustajabah ini. Demikian pula dari 12 bulan dalam setahun,  ada bulan yang sangat istimewa yakni bulan Ramadhan.

Keistimewaan ini dijelaskan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung Dr. KH. Khairuddin Tahmid, MH saat hadir memberikan tausiyah pada Kegiatan Buka Puasa Bersama yang dilaksanakan oleh Civitas Akademika Universitas Lampung, Senin (12/6/2017).

Keistimewaan ruang juga diberikan Allah dimuka bumi ini seperti Allah mengistimewakan Kota Makkah Al Mukarromah. “Kota Makkah adalah tempat yang istimewa dimuka bumi ini. Di wilayah Makkah Al Mukarromahpun ada bagian tertentu yang sangat istimewa,  yakni Masjidil Haram.  Di Masjidil Harampun ada tempat yang paling istimewa, yakni Ka’bah Al Musyarrafah,” jelasnya.

Keistimewaan Masjidil Haram lanjutnya dipertegas oleh Nabi dalam satu hadits riwayat Ahmad dan ibnu majah yang menyatakan bahwa Sholat di masjid Nabawi  lebih utama dari pada seribu shalat di Masjid lainnya selain Masjidil Haram.  Sedangkan sholat di Masjidil Haram lebih utama dari pada seratus ribu sholat di masjid lainnya.

Selain menjelaskan tentang Keistimewaan Bulan Ramadhan, Dosen UIN Raden Intan Lampung ini juga menjelaskan tentang keistimewaan Ibadah Puasa yang ada dalam Bulan Istimewa ini.

” Puasa itu meminimalisasi bahkan menghilangkan sikap hedonistik materialistk, seperti adu domba, ujaran kebencian dan dalam waktu yang sama mengaktifkan sifat-sifat kebaikan,  kejujuran,  kelemahlembutan dan lain-lain,” jelasnya pada acara yang dilaksanakan di Ruang Sidang Lt. 4, Rektorat Unila ini.

Hakikat dari Ibadah puasa menurutnya adalah sebuah ikhtiar untuk memfanakan unsur Nasut (kemanusiaan) dan dalam waktu yang sama membaqokan unsur lahut (ketuhanan).

“Dalam teori tasawuf dijelaskan bahwa manusia itu terdiri atas dua unsur yakni unsur nasut  dan lahut. Unsur lahut merupakan sifat-sifat yang baik atau immaterial, seperti kesucian,  kedamaian,  kebaikan,  keikhlasan, empati, Jujur dannlain-lain. Sedangkan unsur nasut merupakan sifat-sifat
yang buruk atau matrialistik hedonistik, seperti pamrih,  permusuhan,  adu domba,  sikap hidup hedonis dan kecenderungan kepada materi,” jelasnya. (Muhammad Faizin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *