Bandar Lampung: Dr. Hj. Andi Lintang Dulung, MHI., Kasubdit Kewaspadaan Direktorat Pencegahan Deputi I BNPT (Badan Nasioanl Penanggulangan Terorisme) memberikan sambutan dalam Dialog Pelibatan LDK dalam Mencegah Faham Radikal Terorisme, pada Rabu (8/3/17) di Universitas Lampung yang diselenggarakan oleh FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) Provinsi Lampung yang bekerja sama dengan BNPT.
Dr. Hj. Andi Lintang Dulung, MHI., menjelaskan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan kita terhadap berbagai potensi ancaman terorisme yang dapat mengganggu keamanan dan kedamaian bangsa yang kita cintai, maka seluruh elemen bangsa harus bersatu padu bersinergi dalam mengahadapi bahaya radikalisme dan terorisme, lebih khusus kepada generasi muda yakni para mahasiswa, tidak hanya sebagai agen perubahan tetapi harus menjadi garda terdepan mewaspadai faham radikalisme dan terorisme.
Pada hasil penelitian LIPI tahun 2011 yang dilakuakn pada lima universitas ternama di Indonesia, yaitu UGM, UI, IPB, UNAIR, dan UNDIP, menunjukkan ada peningkatan pemahaman fundamentalisme keagamaan di kalangan mahasiswa. Hasil riset menunjukkan pola-pola gerakan radikal Indonesia salah satunya dengan dilakukan penyusupan pada organisai-organisasi kemahasiswaan tingkat kampus yang sebagian besar terdapat di perguruan tinggi non keagamaan. Sedangkan survei LIPI yang dilakukan pada tahun 2015 menyebutkan 4% orang Indonesia menyetujui adanya kelompok militan Negara Islam Irak dan Syiria (ISIS) yang kebanyakan mereka berusia antara 19-25 tahun.
“Terorisme bukan persolan pelaku, jaringan, sasaran dan aksi brutalnya saja. Terorisme adalah persoalan ideologi, keyakinan dan pemahaman yang keliru tentang cita-cita yang tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa,”ujar Dr. Hj. Andi Lintang Dulung, MHI.
Dr. Hj. Andi Lintang Dulung, MHI., mengungkapkan saat ini telah lahir gelombang kedua terorisme global yang lebih menakutkan dari gelombang pertama, yang dimotori oleh organisasi teroris yang mengkalim dirinya dengan sebutan ISIS. Sistem perekrutan yang dilakukan saat ini tidak lagi secara konvensional lewat pembaiatan langsung, namun sudah menggunakan situs-situs media sosial yang kemampuan rekrtunya sangat terstruktur dan massif. Sehingga resiko ancaman perekrutan bisa dirasakan seluruh dunia termasuk negeri yang kita cintai ini.
“Yang perlu kita sadari sasaran target mereka adalah pemuda dan pemudi yang memiliki semangat perubahan yang besar, oleh karena itu potensi radikalisme dan terorisme di Indonesia belum akan padam dalam waktu dekat ini,” Dr. Hj. Andi Lintang Dulung, MHI.
Ia menambahkan tantangan-tantangan itulah yang menuntut kita agar selalu waspada, namun tidak panik dalam menghadapi berbagai ancaman teror. Kita harus bersatu dengan masyarakat untuk hadapi ancaman dari gerakan radikal terorisme meski dari tahun ke tahun dinamika, pola, modus dan gerakan kelompok radikal terorisme semakin berkembang. (Dewi Yulianti)