Bandar Lampung: Di Indonesia pada tahun 2015 terdapat 400 ribu sarjana S1 pengangguran. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor, di antaranya faktor pertumbuhan ekonomi yang lamban, faktor kelebihan skill (over qualified skill), dan faktor sarjana bodoh (stupid graduate)yang tidak memahami teori-teori program studi yang diambil dan tidak mempunyai talenta yang “bisa dijual” di dunia kerja.
Fakta tersebut disampaikan Abdul Qodir Zaelani, S.H.I., M.A., saat menjadi narasumber pada kegiatan Seminar Motivasi dengan tema “Ngapain Kuliah Kalo Gak Sukses” yang diadakan UKM-F RISEF pada Sabtu, (01/10/2016) bertempat di Gedung B Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
“Organisasi itu penting sebagai penunjang kuliah kita. Karena dengan berorganisasi, kita akan belajar kepemimpinan(leadership), belajar bekerjasama dalam tim (teamwork bulding), dan belajar bagaimana menyelesaikan masalah dengan cepat. Dengan berorganisasi juga bisa dijadikan sebagai sarana pembelajaran kita untuk mempersiapkan diri di dunia kerja,”ungkapAbdul Qodir Zaelani, S.H.I., M.A.
Beliau mengatakan bahwa berdasarkan survey Majalah Tempo, 16,9% IPK menjadi standard semua perusahaan. Alasannya IPK menjadi standard perusahaan, dianggap seseorang yang memiliki IPK tinggi, dapat dikatakan mahasiswa tersebut cerdas, tekun dan ulet. Sisanyaperusahaan akan mencari sarjana yang memiliki kemampuan berbahasa asing, kemampuan aplikasi komputer dan yang terakhir memiliki pengalaman organisasi. “Maka carilah organisasi yang manajemennya bagus. Organisasi yang mendorong kita sukses dalam studi,” ujarnya.
Abdul Qodir Zaelani, S.H.I., M.A, selaku dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum sekaligus Pimpinan Redaksi Jurnal al-‘Adalah yang telah terakreditasi di tingkat Nasional ini menyampaikan strategi bagaimana cara agar sukses dalam kuliah dan mendapatkan IPK tinggi.
“Ketika masuk kelas dan ketika ada diskusi harus mempersiapkan materi sebelumnya, percaya diri, duduk paling depan dan harus selalu mengupdate pengetahuan,” tutur beliau.
Dengan bahasa yang kocak dan tidak menggurui, para peserta seminar terlihat dengan mudah menangkap penjelasan yang disampaikan oleh narasumber. (Siti Zubaidah)