Opini : Tanda Diterimanya Amal Ibadah Ramadhan dan Naiknya Derajat Umat Islam

Share :

Tanda Diterimanya Amal Ibadah Ramadhan dan Naiknya Derajat Umat Islam
Oleh Dr. KH. Abdul Syukur, M.Ag
(Wakil Dekan III FDIK)

Bulan Ramadan tahun ini hampir berlalu. Para malaikat mulai begegas akan kembali ke alam samawat (langit) yang selama Ramadhan turun ke bumi. Selama di bumi, para malaikat Allah selalu mendoakan umat Islam yang tekun dan ikhlas berpuasa dan beribadah lainnya di bulan Ramadhan. Orang – orang saleh, para wali pun menangis karena para malaikat mulai begegas menuju ke langit. Ini tanda bulan Ramadhan yang penuh rahmat, maghfirah, berkah, dan berbagai bonus pahala yang Alloh sediakan bagi siapa saja yang ingin meraup pahala dan kebaikan. Adalah bagi umat Islam yang ikhlas, tekun, istiqamah melakukan amalan ibadah puasa dan ibadah lainnya, baik ivsfsj mahdhah ataupun ibadah ghairu mahdhah. Namun, bentar lagi Ramadhan telah berlalu. Semoga Allah Swt mempertemukan kita pada bulan Ramadan tahun-tahun berikutnya. Aamiin Ya Rahman.

Bulan Ramadhan memiliki ciri-ciri utamanya adalah mengamalkan ibadah puasa seperti tertera dalam QS. Al-Baqarah:183 disebut shiyam (الصيام). Tetapi, masih banyak ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadan yang begitu dikenal seperti shalat tarawih, tadarus, i’tikaf, dzikir, dan qiyamul lail, atau yang disebut ibadah mahdhah. Namun ada juga ibadah sosial yang disebut ibadah ghairu mahdhah seperti memberi bukaan puasa (takjil), nasi bungkus, membagi bingkisan/THR, infaq atau sodaqoh lainnya, menjaga prokes Covid-19 untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri kita dan keluarga serta masyarakat, me. Nshsn diri untuk tidak mudik sebagsi ikhtiar menghindari Penilaian pandemi Covid-19, memberi senyum sekalipun untuk membshsgiasn orang lain serta membantu dan menolong denga harta dan tenaga serta nasehat atau mematuhi fatwa ulama dan edaran pemerintah tentang mudik dan shakat idul fitri, serta ibadah lainnya untuk kemanusiaan dan kebersamaan dengan niat karena Allah dan ibadah kepada-Nya.

Bahkan ibadah lainnya seperti menjaga ukhuwah, mendatangkan maslahah, mencegah maksiat, dan menghindari fitnah, adu domba, hoaks, serta ujaran kebencian, menjaga ketertiban dan keamanan dalam suasana idul fitri dan di luar Ramadhan, menjaga NKRI, memelihara persatuan dan persaudaraan atsu ukhuwah itu juga ibadah. Jadi, apapun dan di mana pun bentuk perbuatan dan ucapan kebaikan, kalau diniati karena Allah, maka semua itu ibadah.

Petunjuk Allah Swt, antara lain ayat-ayat terkait ibadah Ramadan tentang puasa (QS. 2: 183), Berpuasalah atas dasar Iman kepada Allah, sebab Allah hanya memanggil dan mewajibkan puasa hanya kepada orang-orang yang beriman (الذين آمنوا), Itu adalah مؤمنين والمؤمنات.

Orang yang berpuasa dan bersemangat untuk meraih tujuan puasa yaitu meningkatnya taqwa kepada Allah Swt. untuk menaikkan derajat dari Mukmin menjadi Muttaqin, yaitu menjadi Muttaqin yang sebenarnya (متقين حقا).

Orang yang berpuasa dan berkeinginan kuat mengharap ridha Allah Swt, harapan meningkatnya status dan derajat dari Mukminin (مؤمنين) menjadi Muttaqin (متقين) dan terus meningkat menjadi ahli kebaikan (اهل الخير) dalam QS. 2:184. Ahli kebaikan itu juga disebut Mihsinin (محسنين) yaitu orang yang berpuasa dan setelah selesai berpuasa meningkat akhlaknya (akhlakul karimah) seperti menjadi orang yang selalu pandai bersyukur kepada Allah (لعلكم تشكرون) (QS. 2: 183), dan suka memberikan petunjuk yang benar seperti nasehat, taushiyah, dan fatwa sehingga ahli kebaikan selalu mendapat petunjuk Allah, yaitu لعلهم يرشدون yang artinya “semoga mereka selalu mendapat petunjuk Allah (QS. 2: 186).

Orang yang berpuasa juga selalu menjaga serta meningkatkan taqwa (QS. 2:187) yaitu لعلهم يتقون. Uji taqwa seseorang yang berpuasa di bulan Ramadhan, digambarkan dalam QS. 2: 187 yaitu: tidak RAFATS ialah tidak bersetubuh suami dan istri di saat puasa (sejak imsak hingga waktu berbuka). Artinya mampu mengendalikan syahwat.

Uji taqwa orang berpuasa juga tidak tergiur makan dan minum selama saat berpuasa, mampu mengendalikan nafsu kelezatan. Selain itu, perbanyak iktikaf, berzikir, baca Al Qur’an, dan ibadah sosial untuk menepis sifat bakhil, pelit, medit, dan belajar bebagi, sadaqah, dan lainnya.

Itulah semua di atas merupakan tanda- tanda beribadah yang diterima oleh Allah dari ibadah-ibadah yang diamalkan selama bulan Ramadan. Dalam penghujung QS.2:187 dijelaskan:
كذالك يبين الله آياته للناس لعلهم يتقون
“Demikian penjelasan Allah tentang tanda-tanda kebesaran-Nya kepada manusia, semoga mereka selalu bertaqwa kepadaNya.”

Petunjuk Nabi Saw, dalam Hadis dijelaskan من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه وما تاخر
“Siapa yang berpuasa dilandasi iman dan ihtisab (mengikuti prosedur, memanej puasa dengan baik, mengharap rahmat, maghfirah dan berkah Allah), maka diampuni dosanya oleh Allah Swt.”

Petunjuk ulama, berarti mengikuti fatwa ulama, ittiba’ dengan pendapat ulama, dan bukan penceramah yang provokatif, kebohongan dan ujaran kebencian. Ulama, menurut Hadits Nabi Saw, adalah pewaris para Nabi untuk memberi taushiyah, ceramah, atau berdakwah kepada umat.

Petunjuk umara yaitu taat kepada aturan pemerintah, apalagi situasi pandemi Covid-19 yang masih mewabah di tengah masyarakat, supaya orang yang beribadah di bulan Ramadan menaati umara dan ulama.

Dengan demikian, tanda-tanda diterimanya ibadah Ramadan bagi orang yang beribadah puasa dan ibadah lainnya untuk meningkatkan iman dak takwa serta derajat umat Islam. Tanda-tanda itu akan tampak baginya adalah di bulan Syawal. Orang atau mereka yaitu umat Islam akan mengalami peningkatan ibadah dan amal salehnya, itu indikator ibadahnya diterima Allah Swt. Indikator tersebut dengan meningkatnya iman dan taqwa yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan.

Kemudian, apa tanda-tanda amal ibadah Ramadan yang diterima oleh Allah Swt, dan meningkatnya derajat umat Islam ? Jawabnya dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Beribadah harus didasari niat karena Allah (ikhlas dan khusyuk, bukan ria);

2. Beribadah yang bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwa serta akhlakul karimah (sabar dan syukur, rasyidah);

3. Beribadah yang dapat meningkatkan kesalehan individu sekaligus kesalehan sosial;

4. Beribadah yang dikelola dengan baik (ihtisab an) seperti hati, lisan, sikap dan perbuatan terhindar dari segala maksiat, sehingga bersih hati, jiwa dan perbuatan, yang selalu cinta dan dekat kepada Allah Swt.

5. Beribadah yang membuat makin dekat dengan Allah, makin mencintai Allah dan Rasul-Nya, sesama kita umat Islam dan dengan umat non muslim.

Semoga ada manfaatnya, dan mohon maaf atas kekurangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *