Membangun Bi’ah Baru Di Tengah Pandemi Covid-19
Oleh : H. Harto Wibowo, SE., MM
Kabag TU Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung
Hidup dan Kehidupan dua makna yg berbeda hidup mengandung makna luas, bahwa seluruh makluk hidup butuh makan, minum dan lain sebagainya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, sedang kehidupan lebih terfokus pada manusia untuk berkembang biak dengan segala pola tingkah (prilaku) atau lebih dikenal dengan istilah prilaku yg lebih condong kepada sebuah tindakan yang aneh (nyeleneh) untuk mempertahankan kehidupanya agar tetap eksis. Allah SWT berfirman “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi manusia, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatanya.” (QS: Al-Kahfi : 7)
Tersadar atau tidak momentum covid 19 ini adalah ujian besar bagi para pemimpin, tanpa terkecuali dari pemimpin yg kecil sampai kepada pemimpin yang besar, seberapa cerdasnya EQ, SQ, dan IQ ini sangat di tentukan oleh sikap bijak, terlebih momentum yg sedang hangat covid 19 adalah fenomena alam yg membuat kita semua terkaget tanpa kita sadari telah merubah tatanan hidup baru.
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)”. (QS: Al-Qiyamah : 36)
Kembali kepada persoalan kita semua adalah pemimpin yg harus mengurus atau pemelihara masyarakatnya baik yg terkecil (RT) atau yg besar (Negara). Berikut sebuah hadist berbunyi “Amir atau pemimpin masyarakat adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas (urusan) rakyatnya” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad)
Terlepas dari persolan hidup dan kehidupan, serta fenomena covid 19, kegalauan ini kapan ber akhir kita semua tidak tahu pasti, yg pasti kita semua tahu bakal mati, tapi mati dimana dan sedang apa kita juga tidak tahu. Yg pasti pilihan ada di kita bukan di orang lain. Kasus covid 19 ini membuat kita semua harus instrospeksi, sadar atau tidak sadar waktu terus berjalan dengan seiring berkurangnya umur.
Covid 19 sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, ini hanya momentum saja, bukan sebuah kebetulan tapi ini sudah skanio Allah terlepas siapa yg memulai.
Tidak cukup dengan istilah kehidupan baru, dengan segala yang di instruksikan protokol kesehatan tapi Kelakuan (prilaku) Baru yg seyogyanya di kedepankan, karena kaitanya dg mental manusia, karena rusaknya dunia ini di akibatkan dengan kelakuan manusia seperti kata Khalifah Umar “Wahai masyarakat, tidaklah gempa ini terjadi kecuali karena ada sesuatu yg kalian lakukan. Alangkah cepatnya kalian melakukan dosa. Demi yg jiwaku ada di tangan-Nya, jika terjadi gempa susulan, aku tidak akan mau tinggal bersama kalian selamanya! “
Ini mengisyaratkan betapa kelakuan lama perlu kita perbaharui. Musibah apapun yg menimpah hambaNya itu baik bagi hambaNya karena teguran adalah salah satu penghapus dosa agar kelakuan yg lama (jelek) segera kembali ke jalan Allah (jalan yg lurus)
Allah berfirman “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yg benar (QS: Ar Rum : 41)
Prilaku baru dg muhasabah diri dan peringatan Allah SWT adalah sebuah keniscayaan. Berikut dlm Al-Qur’an Allah berfirman “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS: Al A’raf: 96)
“…Dia menciptakan manusia, mengajarkan pandai bicara, mata hari dan bulan beredar menurut perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada -Nya). Dan langit telah di tinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan itu dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan jangan kamu mengurangi keseimbangan itu, … dan biji bijian yg berkulit dan bunga-bunga yg harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. (QS: Ar Rahman : 3 – 13)
Demikian semoga bisa membawa perubahan prilaku baru. Wallahualam