Moderat dalam Menyikapi Wabah Corona
Oleh: Dr. H. Yusuf Baihaqi, M.A
Pengurus MUI Lampung
Dosen UIN Raden Intan Lampung
Islam merupakan sebuah agama yang moderat (Q.S. Al Baqarah: 143), moderasi ajaran Islam dapat dipahami bahwa ajarannya bersikap tengah dan lurus, tidak ekstrim kanan, tidak pula ekstrim kiri. Dalam sebuah hadits, rasulullah saw mengambarkan ajaran moderat yang dibawanya dengan sebuah garis lurus, kemudian beliau membikin sejumlah garis di sebelah kanan dan sebelah kiri garis lurus tersebut, guna menggambarkan ajaran-ajaran yang melenceng jauh dari ajaran moderat yang dibawanya (Ahmad, Musnad Ahmad, No Hadits. 4225).
Sejumlah sikap ekstrim diperlihatkan oleh sekelompok orang dalam menyikapi wabah Corona. Dikarenakan rasa takut yang berlebihan, kita dapatkan sejumlah orang menolak pemakaman jenazah pasien Corona di daerahnya, padahal jelas-jelas proses pemulasarannya sudah sesuai dengan syariat dan protokol kesehatan, dan secara medis pun bisa dipastikan aman dan tidak menularkan penyakit kepada orang yang masih hidup.
Pada sisi lain, sikap berani yang berlebihan pun diperlihatkan oleh sekelompok orang. Tanpa ada rasa takut dan khawatir sedikitpun, sekelompok orang tidak mematuhi dan terkesan menantang protokol kesehatan yang semestinya dipatuhi selama wabah Corona ini terjadi, seperti: melaksanakan Physical Distancing (jaga jarak), memperdulikan aspek kebersihan dengan sesering mungkin mencuci tangan, dan menghindari kerumunan orang banyak dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus Corona di tengah masyarakat.
Islam sebagai sebuah agama yang ajarannya bersifat moderat, sama sekali tidak membenarkan dua sikap ekstrim diatas.
Menanamkan rasa khawatir dan waspada dalam diri adalah penting, akan tetapi jangan sampai berlebihan, sehingga menimbulkan paranoid atau sikap takut yang berlebihan dan mengarah kepada keputus asaan. Sebagaimana berputus asanya orang-orang yang tidak beriman dari rahmat Tuhan mereka (Q.S. Yusuf: 87).
Menanamkan keberanian dalam diri juga penting, akan tetapi keberanian yang tidak berlebihan dan menjurus kepada sikap sombong dan menyepelekan. Sebagaimana keberanian yang mengarah kepada kesombongan yang diperlihatkan oleh Fir`aun atas bani Israil yang berakibat kepada kehancuran dan kebinasaannya (Q.S. Asy Syu`ara: 54).
Islam mengajarkan kita untuk bersikap moderat, sebuah sikap tengah diantara dua sikap ekstrim diatas. Sikap inilah yang diajarkan oleh Al Qur’an melalui kisah nabi Zakaria as, dimana walaupun lanjut usia dan kondisi istrinya yang mandul tidak dapat mengelakkan beliau dari kekhawatiran untuk dikaruniai keturunan yang akan mewarisi kenabian setelahnya, akan tetapi keyakinan akan luasnya karunia Allah swt dalam diri beliau, melahirkan sikap optimisme akan rahmat-Nya (Q.S. Al Anbiya’: 89-90).
Demikian pula di saat terjadi wabah Corona, kekhawatiran dan kewaspadaan atas virus Corona harus ada dalam diri kita, yang diwujudkan dengan berdisiplin diri dalam mentaati protokol kesehatan, apalagi di saat obat anti-virus belum ditemukan. Akan tetapi sikap optimisme untuk hidup sehat juga harus selalu ada dalam diri kita, selama kita mematuhi protokol kesehatan tersebut.
Itulah sikap moderat yang diajarkan oleh Islam dalam menyikapi wabah Corona yang melanda saat ini. Sebuah keseimbangan sikap yang dibutuhkan dalam diri seorang manusia, sebagaimana dibutuhkannya keseimbangan dua sayap dalam diri seekor burung.