Kasiat Empon-Empon dan Gentong Tradisi Lokal yang Terlupakan
Dr. Agus Hermanto, MHI
Dosen UIN Raden Intan Lampung
Sebuah pepatah mengatakan (العقل السليم في الجسم السليم) akal yang sehat terdapat dalam tubuh yang kuat. Menjaga jiwa merupakan hal yang wajib bagi setiap orang, karena dengan menjaga jiwa berarti ia berusaha menjaga tujuan dari syari’ah, yaitu (حفظ الدين) menjaga jiwa.
Dalam konteks yang mengancam setiap jiwa, haruslah dicegah, dalam hal ini misalnya kita sedang dihadapkan dengan wabah corona covid-19, yang dapat mengancam setiap jiwa manusia.
Banyak usaha atau cara untuk dapat mencegahnya, diantaranya menggunakan masker, membiasakan hidup sehat dengan cara sering mencuci tangan, berolah raga, dan yang lebih penting lagi adalah mengkonsumsi gizi seimbang, baik makanan, minuman, buah buahan maupun madu, yang merupakan vitamin c sebagai sarana untuk dapat memperkebal tubuh kita, sehingga tidak mudah terjangkit penyakit, termasuk virus corona.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah hukum meminum suplemen pada musim.corona?
Suplemen sangat membantu kita dalam pertahanan body agar tetap terjaga imunitasnya, suplemen bisa dengan mengkonsumsi vitamin C atau mengkonsumsi buah-buahan dan makanan atau minuman yang mengandung vitamin C, agar tubuh kita tetap terjaga dengan baik.
Selain itu, ternyata tumbuh tumbuhan atau obat obatan herbal dan alami sangat cocok untuk pertahanan tubuh, seperti halnya empon-empon yang merupakan kearifan lokal dan memasyarakat serta ramah lingkungan.
Empon empon adalah tanaman obat obatan tradisional yang dapat dijadikan bahan obat untuk menjaga kekebalan tubuh, misalnya kunyit, lengkuas, jahe, temu lawak, temu hitam dan sejenisnya. Terbukti Pada saat ini masyarakat kita sedang berburu empon empon demi menjaga daya tubuhnya agar terhindar dari sengatan wabah corona.
Pada zaman dahulu, masyarakat kita ketika pulang dari takziyah langsung mandi dan mencuci baju sebelum berkumpul dengan keluarga, mengapa begitu? Tentu ada sebuah filosofis yang penting untuk kita gali, karena ini merupakan bagian dari kearifan lokal, bukan hanya sekedar mitos atau tahayyul. Sejatinya hal ini adalah hasil dari kehati-hatian orang dahulu, atau dering disebut “niteni” niteni dalam bahasa kontemporer disebut penelitian, para pendahulu kita yang menemukan hasil “niten-nya” (reseach) dalam penemuannya mengatakan bahwa, ketika pulang takziyah anaknya panas, keesokannya ketika pulang anaknya panas, kemudian dititeni, dianalisa, berarti ada sesuatu, kemudian menghasilkan penemuan, setelah pulang takziyah langsung cuci tangan, mandi dan cuci baju demi kejati-hatian para pendahulu kita. Terbukti kehati-hatian itu dilakukan oleh masyarakat kita yang selalu cuci tangan, setelah pulang dari luar rumah demi menjaga kebersihan dan kesehatan, bahkan pada saat musim corona, setelah pulang takziyah, kitapun langsung cuci tangan, mandi dan bahkan dianjurkan untuk mencuci baju kita agar tidak tersalur wabah, kalau dulu disebut sawan.
Bahkan pada masyarakat kuno dahulu, setiap depan rumah disediakan gentong untuk mencuci tangan, sekarang terbukti dalam masa sekarang, kita lihat masyarakat kita telah sibuk menyediakan wadah untuk cuci tangan, sabun di depan rumah, demi menjaga kebersihan, dan demi menjaga kesehatan, hal itulah sejatinya yang diaharkan dalam agama kita,
النظافة من الايمان
Kebersihan adalah sebagian dari iman.
Jaga kebersihan, demi keluarganya dan menjaga jiwa kita. Wallahualam.