Jejak Islam Nusantara di Lampung

Share :

Jejak Islam Nusantara di Lampung

Peresensi :

Akhmad Syarief Kurniawan

Sejarah Islam di Propinsi Lampung mempunyai jejaring erat dengan Islam di Banten, Aceh, Minangkabau, dan Palembang. Ketika Islam berkembang di Lampung, maka selangkah lebih maju, membuat peradaban dan kebudayaan semakin berkembang, serta jiwa patriotik yang menggelora dalam melawan penjajah seperti kepahlawanan Raden Intan II.

Buku karya salah satu intelektual muda NU Lampung, Muhammad Candra Syahputra (MCS), alumni Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung ini, memberikan bongkahan informasi yang penting bagi perkembangan peradaban Islam Nusantara di Propinsi Lampung yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebesaran Islam di Indonesia.

Buku setebal 107 halaman itu memuat enam bab, dengan masing – masing pokok bahasan. Bab I, Letak Propinsi Lampung (halaman 5) menguraikan tentang letak secara geografis dan sosiologis Propinsi Lampung. Bab II, membahas tema Sejarah Masuknya Islam ke Lampung (halaman 7) menguraikan tentang alur / proses masuknya Islamisasi di Propinsi Lampung dengan tiga jalur, yakni; jalur Barat (Minangkabau), jalur Utara (Palembang) dan jalur Selatan (Banten), sekaligus dalam bab ini menjelaskan tiga pendekatan dalam dakwah Islamisasi di Lampung yaitu; pendekatan budaya (culture), pendekatan perdagangan dan pendekatan perkawinan.

Bab III berisi tentang Kerajaan Islam di Lampung (halaman 29), MCS penulis buku ini menguraikan ada dua kerajaan besar di Propinsi Lampung pada kisaran tahun 1347, yakni Kerajaan Islam Sekala Brak dan Kerajaan Tulang Bawang. Kerajaan Islam Skala Brak terletak di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Sedangkan Kerajaan Tulang Bawang berada di wilayah Pagardewa Kabupaten Tulang Bawang.

Bab IV menguraikan Tokoh – tokoh Penyebar dan Pejuang Islam (halaman 71), setidaknya kurang lebih ada tujuh belas tokoh strategis yang telah berjasa dalam syiar Islamisasi di Bumi Ruwa Jurai (julukan Propinsi Lampung), beliau – beliau adalah sebagai berikut; 1) Sunan Gunung Jati. 2) Sayyid Maulana Malik Abdullah. 3) Syaikh Aminullah Ibrahim. 4) Ratu Menangsi. 5) Ratu Darah Putih. 6) Raden Intan II. 7) Al Habib Ali bin Alwi bin Abdurrahman Alaydrus. 8) Tubagus Mahdum. 9) Tubagus Yahya. 10) Wali Samin bin Muhammad. 11) Tubagus Buang Gunung Kunyit. 12) Tubagus Ali Faqih. 13) Tubagus Sangkrah. 14) Syaikh Muhammad Nambihi. 15) KH Gholib. 16) KH Ahmad Hanafiah. Dan, 17) Pamutokh Agung.

Bab V buku ini menyampaikan pesan tentang Gerakan Perjuangan Rakyat Lampung Melawan Penjajah (halaman 149). MCS menguraikan tentang peran Laskar Hizbullah, seperti halnya di pulau Jawa, perlawanan dalam mengusir Belanda, juga datang dari berbagai penjuru Nusantara, termasuk Propinsi Lampung seperti yang dikumandangkan oleh KH. Gholib, beserta beberapa muridnya, seperti KH. Ali Thasim Tanjung Karang dan KH. Ahmad Hanafiah Sukadana yang menjadi komandan Laskar Hizbullah dan Sabilillah di Lampung. KH. Gholib melakukan perlawanan dengan cara gerilya. Beliau bersama santri – santrinya siap berjihad di medan perang melawan penjajah yang merampas semua hak – hak bangsa.

Bab VI menguraikan tentang Peninggalan Islam Lampung (halaman 153). Ada dua peninggalan istimewa nan bersejarah dalam proses Islamisasi di Propinsi Lampung, yakni simbol syiar agama Islam berupa dua masjid, yakni; Masjid Al Anwar dan Masjid Al Yaqin. Masjid Al Anwar yang terletak di Teluk Betung Bandar Lampung ini berdiri pada abad ke – 18 ini  oleh Pemerintah Propinsi Lampung melalui Kantor Wilayah Departemen Agama (sekarang Kanwil Kemenag) ditetapkan sebagai masjid tertua dan bersejarah di Kota Bandar Lampung, penetapannya tertuang dalam SK No: Wh/2/SK/147/1997. Asal mula berdirinya Masjid Al Yaqin didirikan para perantauan masyarakat dari Propinsi Bengkulu yang tinggal di Tanjung Karang (sekarang Bandar Lampung) pada tahun 1883. KH Ali Thasim adalah sosok yang berpengaruh dalam perkembangan syiar agama Islam dan perjuangan di Masjid Al Yaqin dan masyarakat setempat. Ia menjadi Panglima Hizbullah Tanjung Karang pada masa agresi Belanda I tahun 1946.

Buku ini sangat layak dibaca bagi santri, mahasiswa, dosen, peneliti, pengamat sejarah peradaban Islam di Indonesia, menambah cakrawala jejak – jejak Islam Nusantara di Lampung. Bagi yang berminat bisa menghubungi ke no handphone : 0895 – 2624 – 5998.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *